Reporter: Herry Prasetyo | Editor: Umar Idris
JAKARTA. Para akademisi yang memiliki konsentrasi keilmuan tentang Indonesia akan berkumpul pada acara Konferensi Indonesia Council di Universitas Deakin, di Kampus Waterfront, di Kota Geelong, Victoria, pada 2-3 Juli mendatang.
Salah satu topik bahasan yang akan dikupas habis ialah seputar peristiwa 30 September 1965, peristiwa berdarah yang belum secara gamblang terungkap hingga kini. Pembahasan tentang Peristiwa 1965 ini berkaitan dengan momen 50 tahun sejak peristiwa paling kelam dalam sejarah Indonesia modern itu terjadi tahun 1965.
Diantara topik pembahasan yang berkaitan dengan peristiwa 1965 ini ialah seputar aktor peristiwa ini hingga kronologi kejatuhan Presiden Sukarno. “Ada sekitar 20 makalah akan mendiskusikan tema tersebut,” kata Jemma Purdey, Research Fellow di Alfred Deakin Research Institute for Citizenship and Globalisation (ADRICG) yang juga Convenor Konferensi ICOC 2015.
Totalnya ada sekitar 100 makalah yang akan membahas Indonesia dari beragam tema bahasan. Antara lain seputar perkembangan politik, seni budaya, ekonomi, hubungan internasional, sastra dan bahasa. Topik yang lebih spesifik, diantaranya, seputar hubungan bilateral Australia-Indonesia yang sedang memanas, pemberitaan media atas kasus Bali Nine, hingga seputar Pemerintahan Jokowi
“Sekitar 40 persen dari makalah yang akan dipaparkan nanti merupakan hasil karya akademisi dan peneliti Indonesia, baik yang sedang belajar di sini maupun yang datang dari Indonesia khusus untuk acara ini,” terang Jemma Purdey.
Tuan rumah konferensi tahun ini ialah Alfred Deakin Research Institute for Citizenship and Globalisation (ADRICG) dan School for Humanities and Social Studies (SHSS). Konferensi ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 2001, dan menjadi ajang konferensi rutin setiap dua tahun. Setiap tahun, konferensi diadakan di universitas dan kota yang berbeda dan selalu terbuka untuk publik. Kegiatan Indonesia Council ini merupakan sub-kelompok (sub-grup) dari Asosiasi Studi Asia di Australia.
Dr. Purdey menekankan, kegiatan konferensi seperti ini memungkinkan pertukaran ide-ide maupun hasil riset di antara para akademisi dan peneliti Australia dan Indonesia. Selain memuat acara yang serius, konferensi ini juga dimeriahkan dengan kegiatan seni budaya Indonesia. Antara lain pameran “Just Bali” (Hanya Bali) di kampus Universitas Deakin di Waterfront dan Pameran Foto Sumatra Barat bertajuk ‘West Sumatra: People and culture’.
Jika ingin mengikuti lebih dalam kegiatan ini, membaca ringkasan makalah serta daftar pembicara, Anda dapat mencari di link http://www.deakin.edu.au/alfred-deakin-research-institute/icoc/index.php.