kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,47   17,12   1.87%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan Tinggi, Investor Minyak di AS Raup Rezeki Nomplok US$ 128 Miliar


Minggu, 05 Maret 2023 / 13:28 WIB
Permintaan Tinggi, Investor Minyak di AS Raup Rezeki Nomplok US$ 128 Miliar
Dongkrak pompa oli cetak 3D ditempatkan pada uang kertas dolar pada gambar ilustrasi ini, 14 April 2020. Permintaan Minyak Tinggi, Investor Raup Rezeki Nomplok US$ 128 Miliar


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Permintaan minyak dunia sedang melesat menuju titik tertinggi sepanjang masa. Pakar di industri minyak memperkirakan harga minyak mentah bisa mencapai US$ 100 per barel dalam hitungan bulan. 

Produsen minyak asal Amerika Serikat (AS) disebut akan memberikan uang sebanyak mungkin kepada para investornya.

Seperti dilansir Bloomberg pada Sabtu (4/3), para pemegang saham di perusahaan-perusahaan minyak AS meraup rezeki nomplok senilai US$ 128 miliar pada tahun 2022. Keuntungan tersebut berasal dari adanya gangguan pasokan global seperti perang Rusia di Ukraina dan tekanan dari Wall Street.

Menurut perhitungan Bloomberg, untuk pertama kalinya dalam setidaknya satu dekade, perusahaan-perusahaan pengeboran minyak AS tahun 2022 menghabiskan lebih banyak uang untuk pembelian kembali saham dan dividen daripada sebagai modal untuk proyek-proyek.

Baca Juga: Sanksi Ekonomi Rusia Penyebab Utama Turunnya Harga Minyak

Pembayaran gabungan sebesar US$ 128 miliar di 26 perusahaan juga merupakan yang terbesar sejak setidaknya tahun 2012, dan itu terjadi pada tahun ketika Presiden AS Joe Biden tidak berhasil mengimbau industri untuk meningkatkan produksi dan meredakan lonjakan harga bahan bakar. 

Bagi perusahaan besar minyak di AS, menolak permintaan langsung dari pemerintah AS mungkin tidak pernah lebih menguntungkan.

Kekhawatiran Jangka Panjang

Sementara itu, para investor tengah khawatir terhadap permintaan bahan bakar fosil akan mencapai puncaknya paling cepat pada tahun 2030. 

Artinya, menghilangkan kebutuhan akan megaproyek minyak bernilai miliaran dolar yang membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menghasilkan keuntungan maksimal.

Dengan kata lain, kilang minyak dan pembangkit listrik berbahan bakar gas alam berisiko menjadi aset yang terlantar atau tidak terpakai karena digantikan oleh mobil listrik dan ladang baterai di masa mendatang.

Baca Juga: Arab Saudi dan Ukraina Teken Kesepakatan Senilai US$ 400 Juta

"Komunitas investasi skeptis terhadap aset dan harga energi yang akan terjadi di masa mendatang," kata John Arnold, miliarder filantropis dan mantan pedagang komoditas.

"Mereka lebih suka mendapatkan uang melalui pembelian kembali saham dan dividen untuk diinvestasikan di tempat lain. Perusahaan-perusahaan harus merespons apa yang dikatakan komunitas investasi kepada mereka, jika tidak, mereka tidak akan bertahan lama," sambungnya.

Pembelian Kembali Saham Meningkat

Pembelian minyak yang meningkat membantu mendorong belanja perusahaan AS lebih luas yang membuat pembelian kembali saham meningkat lebih dari tiga kali lipat selama bulan pertama tahun 2023 menjadi US$ 132 miliar, tertinggi yang pernah terjadi dalam satu tahun.

Sebagai contoh, Chevron Corp, menyumbang lebih dari setengah dari total tersebut dengan janji terbuka senilai US$ 75 miliar. Gedung Putih mengecam dan mengatakan bahwa uang tersebut akan lebih baik digunakan untuk memperluas pasokan energi. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×