Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - International Business Machines Corp (IBM) mencatat perlambatan pertumbuhan pada segmen perangkat lunak cloud utamanya.
Menutupi hasil kuartal ketiga yang sebenarnya melampaui ekspektasi pasar berkat lonjakan permintaan untuk mainframe baru berbasis kecerdasan buatan (AI).
Saham IBM turun 5% dalam perdagangan setelah jam bursa pada Rabu (22/10/2025) waktu setempat.
Baca Juga: Trump Optimistis Capai Kesepakatan Dagang dan Isu Nuklir dengan China
Perlambatan di bisnis cloud hybrid yang bernaung di bawah unit perangkat lunak Red Hat, memicu kekhawatiran investor terhadap kemampuan “Big Blue” memanfaatkan lonjakan adopsi AI di layanan cloud global.
Pertumbuhan penjualan Red Hat turun menjadi 14%, dari 16% pada kuartal sebelumnya.
Pendapatan total IBM mencapai US$16,33 miliar, melampaui perkiraan analis sebesar US$16,09 miliar menurut data LSEG.
CEO Arvind Krishna mengatakan unit cloud hybrid diharapkan kembali ke pertumbuhan “belasan persen menengah” atau mendekati level tersebut memasuki tahun 2026.
“Perlambatan pendapatan Red Hat dan penjualan perangkat lunak jelas mengecewakan bagi sebagian investor yang berharap segmen margin tinggi itu terus mempercepat pertumbuhan,” ujar Michael Ashley Schulman, CIO Running Point Capital pada Rabu (22/10/2025).
Baca Juga: Bursa Asia Memerah Kamis (23/10) Pagi, Cemas Sentimen Sanksi Software AS ke China
Saham IBM telah naik sekitar 30% sepanjang tahun ini, dan kini diperdagangkan dengan rasio price-to-earnings (P/E) forward 12 bulan sekitar 24, lebih tinggi dibanding Accenture yang berada di kisaran 18.
“Saham IBM saat ini diperdagangkan di level harga yang sangat ideal sehingga hampir tidak ada ruang bagi metrik mana pun untuk meleset,” kata Dan Morgan, manajer portofolio di Synovus Trust.
Mainframe AI Jadi Titik Cerah
Pendapatan dari segmen infrastruktur, yang menaungi lini mainframe, melonjak 17% menjadi US$3,56 miliar pada kuartal III.
Mainframe baru IBM yang dilengkapi chip khusus aplikasi AI kini banyak digunakan oleh industri keuangan karena mampu menjaga kepatuhan terhadap aturan enkripsi dan residensi data, kata CFO Jim Kavanaugh kepada Reuters.
Baca Juga: Rupiah dan Peso Pimpin Pelemahan Kamis (23/10) Pagi, Mata Uang Asia Tengah Lesu
IBM juga mencatat nilai bisnis AI mencapai US$9,5 miliar, naik US$2 miliar dibanding kuartal sebelumnya.
Seiring hasil kuat tersebut, IBM menaikkan proyeksi tahun fiskal berjalan dan kini memperkirakan pertumbuhan pendapatan lebih dari 5% (pada nilai tukar konstan), naik dari target sebelumnya setidaknya 5%.













