Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia optimistis akan mencapai kesepakatan dengan Presiden China Xi Jinping saat keduanya bertemu di Korea Selatan pekan depan.
Kesepakatan itu bisa mencakup pembelian kembali kedelai oleh Beijing hingga pembatasan senjata nuklir.
Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa ia berencana membahas pembelian minyak Rusia oleh China dan upaya menghentikan perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung memasuki tahun ketiga.
Baca Juga: Rupiah dan Peso Pimpin Pelemahan Kamis (23/10) Pagi, Mata Uang Asia Tengah Lesu
“Saya pikir kami akan mencapai kesepakatan,” kata Trump dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte, Rabu (22/10/2025).
Ia menambahkan bahwa Xi kini lebih terbuka untuk membahas akhir dari perang di Ukraina.
Pernyataan Trump ini kontras dengan sikap keras para pejabat perdagangannya yang tengah menuju Asia untuk memastikan pertemuan tingkat tinggi Trump-Xi, yang akan menjadi pertemuan pertama di masa jabatan keduanya, berjalan sesuai rencana.
Trump juga meremehkan dampak pembatasan ekspor magnet tanah jarang oleh China yang mengguncang pasar global, menyebutnya hanya sebagai “gangguan kecil”, dan menilai tarif tetap menjadi alat yang “lebih kuat”.
Di tengah tekanan dari petani AS yang terpukul akibat turunnya ekspor kedelai ke China, Trump mengatakan ia berharap dapat mencapai kesepakatan perdagangan dengan Xi terkait isu tersebut.
Baca Juga: Bursa Asia Memerah Kamis (23/10) Pagi, Cemas Sentimen Sanksi Software AS ke China
Ia juga membuka kemungkinan pembahasan perjanjian pengendalian senjata nuklir yang melibatkan Rusia dan China.
Ketegangan dagang AS–China kembali meningkat dalam beberapa pekan terakhir setelah masa tenang yang singkat.
Trump sebelumnya menetapkan tambahan tarif 100% terhadap produk asal China yang akan berlaku 1 November, sebagai respons terhadap kebijakan ekspor tanah jarang China.
Pejabat Senior AS Menuju Asia
Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer dijadwalkan menuju Malaysia untuk meredakan ketegangan terkait pembatasan ekspor tanah jarang Beijing.
Reuters melaporkan, pemerintahan Trump tengah mempertimbangkan langkah pembalasan berupa pembatasan ekspor berbagai produk berbasis perangkat lunak ke China, mulai dari laptop hingga mesin jet jika tidak tercapai kesepakatan.
Baca Juga: Rusia Gelar Latihan Nuklir, AS Ancam Sanksi Pasca Penundaan KTT Trump dan Putin
Bessent mengatakan ia berharap ketegangan ini dapat diredakan sebelum pertemuan Trump dan Xi berlangsung.
Trump akan memulai lawatannya di Kuala Lumpur untuk menghadiri KTT ASEAN, lalu melanjutkan perjalanan ke Korea Selatan untuk mengikuti KTT APEC di Gyeongju pada 31 Oktober–1 November, serta dijadwalkan singgah di Jepang untuk bertemu Perdana Menteri baru Sanae Takaichi.
China Dinilai Langgar Komitmen Dagang
Washington juga mengumumkan sanksi baru terhadap dua perusahaan minyak Rusia, namun menahan diri untuk tidak mengenakan tarif baru pada China meski negara itu merupakan salah satu pembeli utama minyak Rusia.
Greer menuduh China melanggar komitmennya untuk menjaga pasokan tanah jarang yang penting bagi industri teknologi tinggi global.
Baca Juga: Petani Kedelai AS Geram terhadap Bantuan Bailout US$20 Miliar Trump untuk Argentina
Ia juga menyoroti bahwa China belum memenuhi kewajibannya dalam pembelian produk pertanian dan manufaktur AS sebagaimana disepakati dalam kesepakatan dagang tahap pertama era Trump.
“AS selalu terbuka terhadap China, tapi kebijakan China justru menutup pasar dan mendorong kelebihan kapasitas produksi. Itu tidak bisa terus berlanjut,” kata Greer.