Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Perekonomian India diperkirakan tetap tangguh pada kuartal Juli–September 2025, didorong oleh permintaan domestik yang solid serta percepatan produksi dan ekspor menjelang kenaikan tarif impor Amerika Serikat (AS).
Namun, para ekonom menilai laju pertumbuhan kemungkinan akan moderat pada kuartal-kuartal berikutnya.
Ekonom memperkirakan aktivitas ekspor India meningkat karena banyak perusahaan berupaya mempercepat pengiriman sebelum tarif impor AS naik pada akhir Agustus.
Baca Juga: Inflasi Inti Tokyo Naik 2,8% di November, Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga BOJ Menguat
AS sebelumnya menggandakan bea impor untuk sejumlah produk India menjadi 50% sebagai respons atas pembelian minyak Rusia oleh New Delhi.
Untuk memperkuat ekonomi domestik, Perdana Menteri Narendra Modi telah mendorong pemotongan pajak dan reformasi ketenagakerjaan, sembari menolak tekanan AS untuk membuka akses perdagangan melalui penurunan tarif di sektor-sektor strategis seperti pertanian.
Dalam jajak pendapat Reuters, PDB India diperkirakan tumbuh 7,3% pada kuartal Juli–September secara tahunan, melambat dari 7,8% pada kuartal sebelumnya.
Dengan pertumbuhan ini, India masih menjadi ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Sementara itu, aktivitas ekonomi yang diukur melalui gross value added (GVA), indikator yang dianggap lebih stabil oleh ekonom, diproyeksikan naik 7,15%.
Data resmi PDB untuk kuartal II tahun fiskal 2025/2026 akan dirilis oleh Kementerian Statistik India pada Jumat pukul 10.30 GMT.
Baca Juga: Hong Kong Berduka: Kebakaran Terparah Sejak 1948 Renggut 83 Jiwa
Permintaan Domestik Masih Menjadi Penopang
Kaushik Das, Ekonom Kepala India di Deutsche Bank, mengatakan bahwa pertumbuhan akan didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi pemerintah. Namun, investasi swasta berpotensi melemah akibat ketidakpastian global.
Das memperkirakan pertumbuhan mencapai 7,7% pada kuartal Juli–September, kemudian moderat menjadi 6,5% pada Oktober–Desember dan 6,3% pada Januari–Maret 2026.
Aditi Nayar, Kepala Ekonom ICRA, menambahkan bahwa peningkatan persediaan barang menjelang musim festival yang dimulai pada September serta percepatan ekspor sebelum tarif AS berlaku turut menopang kinerja ekonomi.
Meski demikian, para ekonom memperingatkan bahwa pertumbuhan bisa melambat pada paruh kedua tahun fiskal dan setelahnya, dipengaruhi efek basis yang tinggi dan dampak kenaikan tarif.
Pemerintah India dalam laporan ekonomi bulanan menyatakan yakin bahwa ekonomi masih mampu menghadapi ketidakpastian global terkait perdagangan.
Pertumbuhan diharapkan tetap ditopang oleh permintaan domestik yang kuat, belanja pemerintah yang stabil, serta inflasi yang mereda.
IMF memperkirakan ekonomi India tumbuh rata-rata 6,6% pada tahun fiskal 2025/2026 dan melambat sedikit menjadi 6,2% pada tahun berikutnya.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Tipis Kamis (27/11), di Tengah Volume Sepi saat Libur Thanksgiving
Pertumbuhan Nominal Melemah
Meski pertumbuhan riil India tetap solid, inflasi rendah telah membebani pertumbuhan nominal yang pada akhirnya menekan penerimaan pajak, permintaan kredit, serta laba korporasi, menurut catatan ekonom JP Morgan.
Inflasi yang jinak juga menciptakan ruang bagi pelonggaran moneter lebih lanjut di tengah ekonomi yang masih kuat.
“Untuk mendorong pertumbuhan nominal, bank sentral (RBI) mungkin akan mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuan,” ujar Devendra Pant, Kepala Ekonom India Ratings and Research.
Dalam survei Reuters, RBI diperkirakan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% pada pertemuan kebijakan 5 Desember.













