Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Perusahaan rokok elektrik China, Relx Technology berencana membuka 10.000 toko secara global dalam tiga tahun ke depan dengan investasi sekitar CNY 500 juta. Itu merupakan bagian ekpansi besar-besaran perusahaan vaping tersebut.
Rencana tersebut diungkapkan Relx Technology saat meluncurkan toko ritel pertamanya di Shanghai pada 11 Januari 2020 lalu. Meskipun baru membuka outlet ritel, perusahaan ini sebetulnya sudah memiliki lebih dari 1.400 outlet di seluruh dunia yang dijalankan oleh pihak ketiga. Sebagian besar toko tersebut berlokasi di China.
Outlet anyar yang diluncurkan pada Sabtu (11/1) lalu berbentuk ramping hanya seluas 140 meter persegi (m2). Lokasi ada di distrik perbelanjaan Nanjing West Road, Shanghai. Ekpansi outlet ke depan akan menjadi kombinasi toko ritel pertamanya.
"Selain memiliki outlet ritel bermerek perusahaan, Relx Technology juga akan berusaha untuk mendapatkan produknya dijual di lebih banyak toko, toko elektronik, dan corner shop," kata Jing Long, salah satu pendiri Relx saat melakukaan pembukaan gerai ritel pertamanya dikutip Reuters, Sabtu (11/1).
Baca Juga: AS mengumumkan larangan e-cigarette di seluruh negara bagian
Sebagai merek e-rokok terbesar China yang memegang pangsa pasar di atas 60%, Relx siap untuk memperkuat keunggulannya dengan mempercepat bisnis ritelnya. Jiang Long bilang, pihaknya banyak berinvestasi dalam teknologi terobosan untuk meningkatkan margin laba franchisee dan meningkatkan loyalitas konsumen.
Rencana ekspansi global Relx datang karena banyak merek rokok elektronik China mencari penjualan dari toko-toko aktual untuk mendorong pertumbuhan menyusul langkah regulator Tiongkok tahun lalu untuk menyerukan larangan penjualan online dan iklan rokok elektronik. Sekitar 20% dari penjualannya Relx saat ini berasal dari luar negeri.
China meminta platform e-commerce untuk menutup toko online yang menjual rokok elektronik tahun lalu. Kebijakan ini merupakan langkah untuk menghentikan anak di bawah umur membeli dan mengkonsumsi rokok elektrik. Di China rokok elektrik memiliki potensi pasar yang cukup besar mengingat jumlah perokok di Negeri Tirai Bambu itu mencapai 300 juta.
Regulator di luar negeri juga mencari cara untuk mengatur industri yang baru lahir tersebut. Awal Januari 2020 ini, Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (AS) atau Food and Drug Administration mengambil langkah untuk mengekang penjualan rokok elektrik rasa di AS.
Baca Juga: Industri rokok elektrik di China mulai loyo
Pengawasan ketat di AS dan China telah memberi tekanan pada rantai pasokan rokok elektronik Cina di kota Shenzhen selatan, tempat sekitar 90% rokok elektronik dunia diproduksi.
Menurut asosiasi perdagangan e-rokok teratas Tiongkok, angkatan kerja di seluruh rantai pasokan industri di negara itu menyusut sekitar 10% pada musim gugur lalu karena peraturan yang mengurangi permintaan.