Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Tanda-tanda krisis demografi terus muncul di China. Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat kematian di Beijing lebih tinggi dari angka kelahirannya.
Data resmi yang dirilis pemerintah Beijing hari Selasa (21/3) menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi alami di Beijing bergerak ke arah negatif untuk pertama kalinya sejak tahun 2003.
Mengutip Reuters, tingkat kematian di ibukota China naik menjadi 5,72 kematian per 1.000 orang, sementara tingkat kelahiran turun menjadi 5,67 kelahiran per 1.000 orang.
Populasi Beijing sendiri mencapai 21,84 juta, jadi salah satu kota terpadat di China. Pertumbuhan populasi alami Beijing minus 0,05 per 1.000 orang tahun lalu.
Baca Juga: Tak Hanya China, Jepang Juga Mengalami Penyusutan Populasi
Penurunan populasi di Beijing sejalan dengan tren nasional karena populasi China tahun lalu juga turun untuk pertama kalinya dalam enam dekade. Kondisi ini diduga terjadi karena masyarakatnya terbebani oleh kenaikan biaya hidup terutama di kota-kota besar yang luas seperti Beijing.
Pertumbuhan ekonomi yang lemah juga mendorong adanya perubahan pandangan di masyarakat terkait pernikahan. Kini, banyak masyarakat yang menghindari pernikahan karena khawatir tidak dapat menghidupi keluarga dengan layak.
Angka kelahiran China tahun lalu adalah 6,77 kelahiran per 1.000 orang, terendah dalam catatan. Pada periode yang sama, tingkat kematiannya ada di angka tertinggi sejak tahun 1974, yaitu 7,37 kematian per 1.000 orang.
Khawatir dengan menyusutnya populasi China, para pejabat pemerintah telah memberikan lebih dari 20 rekomendasi untuk meningkatkan angka kelahiran. Meskipun demikian, para ahli merasa kondisi ini bisa diatasi dengan memperlambat penurunan populasi.
Baca Juga: Dampak Krisis Demografi, China Akan Menaikkan Batas Usia Pensiun Pekerja
Penyusutan populasi China di tahun 2022 memberikan tantangan baru bagi raksasa ekonomi dunia tersebut. China kini dihadapkan pada potensi kekurangan tenaga kerja yang bisa berujung pada penurunan pendapatan negara.
Biro Statistik Nasional China pada bulan Januari lalu melaporkan bahwa populasi China di tahun 2022 turun sekitar 850.000 jiwa menjadi 1,41175 miliar jiwa. Penurunan itu jadi yang tertinggi sejak tahun 1961, tahun terakhir China mengalami krisis Kelaparan Hebat (Great Famine) yang sangat legendaris.
Dalam jangka panjang, pakar demografi PBB melihat populasi China akan menyusut hingga 109 juta pada tahun 2050, lebih dari tiga kali lipat dari perkiraan tahun 2019.