Sumber: South China Morning Post | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SEOUL.Korea Selatan (Korsel) tengah terperangkap di tengah ketegangan hubungan antara dua negara paling kuat di dunia. Seoul mendapat tekanan dari Washington untuk bergabung bersama dibawah pimpinan AS untuk mengisolasi China.
Posisi AS sangat strategis bagi Korsel. AS bukan saja sekutu yang sangat diperlukan dalam perselisihannya dengan Korea Utara yang bersenjata nuklir, tapi AS juga merupakan pasar ekspor kedua terbesar Korsel dan menyerap 13,5% dari total ekspor Korsel.
Baca Juga: Uni Eropa akan dorong digitalisasi untuk bangkitkan ekonomi pasca corona
Sementara China, sejauh ini, merupakan mitra dagang terbesar Korsel, membeli seperempat produk eskpor negeri Gingseng tersebut. Kerjasama Korsel dan China juga penting untuk mencegah Korut menyerang Korsel. China adalah sekutur Korut.
"Kami terjebak di tengah seperti udang di antara dua ikan paus," ujar ekonom Choi Yang-oh di Hyundai Economic Research Institute seperti dilansir Sout Morning Post, Rabu (27/5).
“Kita harus melewati tali antara pertempuran AS dan China untuk hegemoni global. Kami tidak dapat mengasingkan salah satu dari keduanya," sambungnya.
Baca Juga: Belajar dari strategi marketing China yang bangkit dari keterpurukan pandemi covid-19
Hong Kong menyerap barang-barang Korea Selatan senilai US$ 32 miliar tahun lalu, menjadikannya pelanggan terbesar keempat kota itu, meskipun angka itu 31% lebih rendah dari tahun sebelumnya karena protes anti-pemerintah yang telah mengamuk di kota selama berbulan-bulan dan perlambatan global.