Sumber: AFP | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Ukraina dalam Posisi Tertekan
Kunjungan Zelensky ini merupakan kunjungan kesembilannya ke Prancis sejak invasi dimulai. Momen itu hadir menjelang musim dingin yang diprediksi akan sulit bagi Ukraina, karena Rusia intensif di medan perang.
Serangan udara Rusia semalam menewaskan tiga orang di wilayah Kharkiv. Sementara itu, tujuh orang tewas akibat serangan rudal di blok apartemen Kyiv pada Jumat lalu.
Kementerian Pertahanan Rusia juga mengklaim bahwa tentaranya telah menguasai tiga desa lagi di Ukraina timur sebagai bagian dari langkah ofensif bertahap.
Upaya Presiden AS Donald Trump untuk memaksa kesepakatan damai dikabarkan mengalami kebuntuan karena Moskow menolak gencatan senjata serta tetap mempertahankan tuntutan wilayah.
Macron menegaskan bahwa pengiriman Rafale hanya akan dilakukan setelah perang berakhir, seraya berkata:
“Tidak akan ada perdamaian yang kokoh dan bertahan lama tanpa tentara Ukraina yang kuat.”
Tonton: RI dan Malaysia Saling Klaim Durian Sebagai Buah Nasional
Macron dan Zelensky juga mengunjungi markas pasukan multinasional Ukraina yang sedang dipersiapkan Prancis dan Inggris jika nantinya diperlukan pengerahan pasukan internasional setelah adanya kesepakatan gencatan senjata.
Prancis menyatakan bahwa 34 negara serta Ukraina telah menyatakan kesediaan untuk ikut serta dalam koalisi tersebut.
Kesimpulan
Kesepakatan baru antara Prancis dan Ukraina menandai peningkatan komitmen strategis jangka panjang Eropa dalam mendukung Kyiv melawan Rusia. Meskipun pengiriman jet Rafale masih berorientasi pascaperang, dimulainya produksi drone dan sistem pertahanan lain menunjukkan dukungan langsung yang lebih cepat. Namun keberhasilan rencana ini masih dibayangi tantangan: perang yang terus berkecamuk, tekanan diplomatik, hambatan pendanaan Uni Eropa, dan sorotan global atas isu korupsi internal Ukraina.













