Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menghadapi upaya penangkapan baru yang lebih kuat atas tuduhan pemberontakan. Seorang penyelidik utama bersumpah akan menembus pengamanan kompleks kepresidenan untuk menangkap Yoon, yang saat ini telah dimakzulkan.
Pengunjuk rasa yang mendukung dan menentang Yoon menggelar aksi di sekitar kompleks kepresidenan pada Rabu (8/1), meski suhu beku melanda. Hal ini terjadi setelah pengadilan menerbitkan kembali surat perintah penangkapan pada Selasa (7/1).
Dinas Keamanan Presiden (PSS) memperkuat pengamanan kompleks dengan kawat berduri dan barikade bus, mencegah akses ke vila tempat tinggal Yoon di kawasan elit yang dikenal sebagai "Beverly Hills-nya Korea."
Baca Juga: Pihak Berwenang Korea Selatan Lakukan Upaya Penangkapan Presiden Yoon Suk Yeol
Yoon sedang diselidiki atas tuduhan pemberontakan terkait upaya gagal untuk menerapkan darurat militer pada 3 Desember lalu. Keputusan ini mengejutkan publik Korea Selatan dan mendorong penerbitan surat perintah penangkapan pertama terhadap seorang presiden yang masih menjabat.
Yoon juga menghadapi proses pemakzulan di Mahkamah Konstitusi. Salah satu pengacaranya, Yoon Kap-keun, menyatakan surat perintah penangkapan itu tidak sah karena dikeluarkan oleh pengadilan di yurisdiksi yang salah dan Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO) tidak memiliki kewenangan untuk menyelidiki presiden yang sedang menjabat.
Yoon Kap-keun membantah rumor bahwa Yoon telah melarikan diri dari kediaman resminya. Ia menegaskan telah bertemu dengan presiden di vila tersebut pada Selasa, menyebut rumor itu sebagai fitnah.
Baca Juga: Anggota Parlemen Korea Selatan Tuntut Pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol
Pada Selasa, Oh Dong-woon, kepala CIO yang memimpin penyelidikan terhadap Yoon, meminta maaf atas kegagalan menangkap presiden pekan lalu setelah bentrok selama enam jam dengan ratusan agen PSS dan pengawal militer di kompleks tersebut.
"Kami akan mempersiapkan dengan matang dan memastikan eksekusi surat perintah kedua ini menjadi yang terakhir," ujar Oh kepada komite parlemen.
Ia menolak menyebutkan batas waktu surat perintah tersebut untuk menjaga kerahasiaan strategi penangkapan. Namun, Oh tidak membantah usulan anggota parlemen untuk mengambil langkah lebih keras melawan pengamanan presiden, termasuk melibatkan unit taktis khusus polisi dan alat berat untuk menerobos barikade.
Menurut laporan media lokal, skenario penangkapan dapat melibatkan lebih dari 2.000 polisi untuk menghadapi pasukan pengamanan presiden, dengan estimasi operasi berlangsung hingga tiga hari.
Baca Juga: Mahkamah Konstitusi Korea Selatan Tinjau Pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol
Shin Yul, profesor dari Universitas Myongji, menilai polisi memiliki pengalaman taktis yang cukup untuk menangani situasi ini. "Penangkapan Yoon kemungkinan akan berhasil kali ini, mengingat persiapan yang lebih matang," katanya.
Namun, ia menekankan pentingnya keselamatan para pengunjuk rasa, mengingat potensi bentrokan yang dapat melibatkan tembakan senjata.
Menurut pejabat CIO, dalam upaya sebelumnya, pihaknya kalah jumlah dari lebih dari 200 personel PSS yang dilengkapi senjata api, serta pasukan tambahan yang menjaga keamanan presiden.