Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Jepang harus menghadapi resesi yang paling buruk di bulan Januari seiring dengan industri manufaktur yang mulai memangkas produksinya sebesar 10% dan konsumen juga mulai menahan pembelanjaannya.
Penurunan produksi pabrikan month-on-month per Desember mencatatkan 9,8%. Hal ini dibeberkan oleh Menteri Perdagangan hari Rabu Jumat (27/2) ini di Tokyo. Pengeluaran untuk pembelian perkakas rumah tangga telah menyusut 5,9% dari tahun sebelumnya. Ini adalah penurunan yang paling besar dalam dua tahun terakhir ini.
Tingkat pengangguran turun dari 4,3% menjadi 4,1% seiring dengan para ibu rumah tangga yang mulai memilih kerja paruh wktu untuk menyiasati penghasilan yang mulai menipis.
"Penurunan permintaan sangatlah besar, lebih besar ketimbang yang sudah-sudah," kata Hiroshi Shiraishi, Economist untuk BNP Paribas Securities Japan Ltd. di Tokyo.
Harga-harga konsumen Jepang batal untuk menanjak di bulan Januari untuk yang pertama kalinya karena konsumen menahan pembelian. Hal ini mengindikasikan deflasi akan kembali muncul di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.
"Konsumsi dimulai dengan cukup buruk di kuartal pertama tahun ini," kata Hiroaki Muto, Senior Economist untuk Sumitomo Mitsui Asset Management Co. di Tokyo. Menurutnya, permintaan domestik akan terus melemah untuk beberapa saat lamanya.
Bulan lalu, ekspor menyusut 45,7% dan menyebabkan defisit perdagangan yang paling besar dari yang sudah-sudah. Industri manufaktur hanya mengapalkan 21% dari produksinya ke luar Jepang pada tahun 2008, naik dari 16% dibandingkan satu dekade sebelumnya.
Bulan ini, produksi akan terus menyusut 8,3% sebelum akhirnya melonjak sebesar 2,8% di bulan Maret mendatang. Hal ini dicuatkan oleh sejumlah perusahaan yang disurvei oleh Departemen Perdagangan Jepang. Dengan prediksi ini, maka kemerosotan 22,4% di kuartal pertama menjadi tidak terhindarkan.
s