kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.970.000   24.000   1,23%
  • USD/IDR 16.319   -22,00   -0,13%
  • IDX 7.469   124,49   1,70%
  • KOMPAS100 1.044   14,12   1,37%
  • LQ45 790   8,31   1,06%
  • ISSI 251   6,62   2,71%
  • IDX30 409   4,38   1,08%
  • IDXHIDIV20 473   6,01   1,29%
  • IDX80 118   1,61   1,38%
  • IDXV30 122   3,33   2,82%
  • IDXQ30 131   1,50   1,16%

Produsen Alkohol Hadapi Tekanan dari Tren Minuman THC Berbasis Ganja


Rabu, 23 Juli 2025 / 16:43 WIB
Produsen Alkohol Hadapi Tekanan dari Tren Minuman THC Berbasis Ganja
ILUSTRASI. Minyak dan produk berbahan dasar ganja dipajang di Koperasi Biocannat, dekat kota utara Bab Berred, Maroko, 11 Juli 2025. REUTERS/Ahmed Eljechtimi


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – NEW YORK. Produsen minuman beralkohol menghadapi tantangan baru seiring meningkatnya popularitas minuman berbahan dasar tetrahydrocannabinol (THC) dari tanaman hemp (ganja industri) di Amerika Serikat (AS).

Minuman ini dinilai semakin menarik minat konsumen yang sebelumnya memilih bir atau minuman beralkohol lainnya.

Baca Juga: Impor Batubara China Merosot 26%, Permintaan dari Indonesia Terseret

Menurut laporan dari BDSA, firma riset industri ganja, penjualan produk ganja legal termasuk minuman THC diproyeksi tumbuh sebesar 20% di tahun 2024 menjadi US$ 34 miliar dan diperkirakan menembus US$ 57 miliar pada 2028.

Pertumbuhan tersebut turut didorong oleh semakin longgarnya regulasi di berbagai negara bagian AS terkait penggunaan ganja untuk kebutuhan rekreasi maupun kesehatan.

Salah satu faktor yang mendorong popularitas minuman THC adalah kemunculan varian seltzer rendah kalori dan rasa yang menyegarkan, yang menyasar konsumen dewasa muda yang semakin sadar akan kesehatan.

"Minuman THC saat ini mulai menggantikan minuman alkohol dalam berbagai acara sosial. Kami melihat tren konsumen bergeser, terutama dari segmen usia 21 hingga 35 tahun," kata Cassandra Rivers, analis industri minuman di Beverage Insights Group.

Baca Juga: Jepang Capai Kesepakatan Dagang dengan Amerika Serikat

Bagi produsen bir dan alkohol tradisional, ini menjadi sinyal peringatan. Penjualan bir di AS telah menurun selama beberapa tahun terakhir.

Data dari Beer Institute menunjukkan konsumsi bir per kapita turun sekitar 8% dalam satu dekade terakhir. Di sisi lain, pasar minuman THC terus menunjukkan momentum positif.

Merespons tren tersebut, beberapa perusahaan minuman ternama mulai bereksperimen di pasar minuman ganja. Constellation Brands, produsen bir Corona, telah menginvestasikan lebih dari US$ 4 miliar di Canopy Growth, perusahaan ganja asal Kanada.

Sementara Molson Coors dan AB InBev juga telah menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan ganja untuk mengembangkan lini produk minuman THC.

Namun, pelaku industri alkohol masih menghadapi sejumlah tantangan dalam masuk ke segmen ini. Salah satunya adalah ketidakpastian regulasi di tingkat federal.

Meskipun legal di banyak negara bagian, ganja masih dikategorikan sebagai zat terlarang menurut hukum federal AS, yang menyulitkan distribusi lintas negara bagian dan pembiayaan perbankan.

Baca Juga: Industri Hobi Berduka! Chairman Tamiya Inc Shunsaku Tamiya Wafat di Usia 90 Tahun

"Masih ada tembok hukum yang harus ditembus. Tapi jika regulasi federal melunak, ini akan menjadi pasar bernilai miliaran dolar yang tidak bisa diabaikan," ujar Rivers.

Dengan terus berkembangnya selera konsumen dan lanskap regulasi, produsen minuman alkohol kini harus memikirkan ulang strategi bisnis mereka. Apakah akan bertahan pada pasar tradisional atau ikut meramaikan kompetisi di pasar minuman THC yang tengah naik daun.

Selanjutnya: Daftar Calon Skuad Pemain Dewa United Jelang Super League 2025, Ada Rafael Struick

Menarik Dibaca: Rayakan Hari Anak Nasional, Bluebird Ajak Anak Pengemudi Belajar Profesi di KidZania


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×