Penulis: Virdita Ratriani
Nama Ye dalam bahasa Mandarin berarti kaya. Penduduk asli provinsi Hubei ini memiliki awal yang sederhana, seperti banyak pengusaha lain di generasinya.
Dia mulai bekerja di pabrik pipa baja. Namun, mulai naiknya permintaan barang konsumsi di China membuat Ye terjun ke bisnis perdagangan, mencoba menjual barang dari keramik hingga kosmetik dan aksesoris.
Dalam perjalanan bisnis ke Jepang pada tahun 2013, ia terinspirasi oleh toko lokal yang menjual barang-barang dengan harga di bawah 100 Yen dan membawa konsep tersebut ke China. Ye meminta bantuan desainer Jepang Miyake Junya.
Keduanya lantas sepakat mendirikan MINISO pada 2013. MINISO sekarang memiliki lebih dari 4.200 toko, 60% di China dan sisanya tersebar di 80 negara termasuk Indonesia.
Baca Juga: Shopping mall berkonsep lingkungan akan berkembang di pinggiran Jakarta
Kesuksesan perusahaan China tersebut pada gilirannya telah melahirkan industri rumahan dan gaya hidup yang menjual desain Skandinavia atau terinspirasi Jepang dengan harga yang sangat murah, seperti OCE dan Nome.
Dirangkum dari Forbes, MINISO hanya menyediakan jumlah barang terbatas untuk masing-masing SKU dengan perputaran barang yang cepat. MINISO rata-rata hanya membawa 3.000 SKU per toko.
Produk berubah dalam 21 hari dan produk baru tiba setiap tujuh hari. Selain itu, rahasia harga murah MINISO lantaran perusahaan memangkas rantai pasokan yang efisien berdasarkan pembelian massal.
Namun, MINISO juga menghadapi persaingan yang meningkat dari raksasa e-commerce China seperti Pinduoduo Inc. dan Alibaba Group Holding Ltd. Taobao Deals, platform belanja murah Alibaba, bulan ini meluncurkan kampanye yang menjual barang hanya dengan satu Yuan.