Sumber: Euronews | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (3/9/2025) menyatakan kesediaannya untuk mengatur pertemuan tatap muka dengan mitranya dari Ukraina Volodymyr Zelenskyy, tetapi hanya jika pertemuan puncak diadakan di Moskow.
Euronews memberitakan, Pemimpin Rusia, yang berbicara pada konferensi pers setelah parade Hari Kemenangan di Beijing pada hari Rabu, mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump meminta keduanya untuk duduk dan membahas upaya mengakhiri perang Rusia di Ukraina.
"Saya bilang ya, itu mungkin, biarkan dia datang ke Moskow," kata Putin.
Putin menambahkan, "Saya tidak pernah mengesampingkan kemungkinan bertemu dengannya. Tapi apakah masuk akal untuk bertemu dengannya?"
Namun Putin kembali mempertanyakan legitimasi kepresidenan Zelenskyy.
"Kita bisa melakukan itu, saya tidak pernah menolaknya jika itu mengarah pada hasil yang positif," imbuhnya.
Kremlin telah berulang kali mengangkat isu berakhirnya masa jabatan presiden Zelenskyy, meskipun Ukraina secara hukum tidak dapat menyelenggarakan pemilu saat berperang dan sebagian wilayahnya diduduki.
Baca Juga: Indonesia Perkuat Kerja Sama dengan China dan Rusia
Menanggapi hal ini, menteri luar negeri Ukraina menolak gagasan untuk mengadakan pembicaraan tatap muka dengan Putin, jika memang akan diadakan di ibu kota Rusia.
Dalam sebuah unggahan di X pada Rabu malam, Andrii Sybiha menyebutkan tujuh negara yang telah menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah perundingan damai, yang disebutnya sebagai "proposal serius".
"Namun, Putin terus mempermainkan semua orang dengan mengajukan proposal yang jelas-jelas tidak dapat diterima. Hanya tekanan yang lebih besar yang dapat memaksa Rusia untuk akhirnya serius dalam proses perdamaian," ujarnya.
Pernyataan terbaru Putin ini muncul setelah serangkaian pertemuan yang diselenggarakan oleh Trump pada bulan Agustus, termasuk pertemuan puncak dengan Putin di Alaska, yang segera diikuti oleh pertemuan lain dengan Zelenskyy dan para pemimpin Eropa serta NATO di Washington.
Pertemuan di Alaska tidak langsung membuahkan hasil. Trump menyatakan pada saat itu bahwa mereka tidak sampai di sana, tetapi memiliki peluang bagus untuk sampai di sana.
Namun, presiden AS sejak saat itu telah mendorong kemajuan dalam mengakhiri perang Rusia, berjanji bahwa Ukraina akan menerima jaminan keamanan yang substansial sebagai bagian dari setiap kesepakatan damai di masa depan, karena Eropa tetap menjadi "garis pertahanan pertama."
Baca Juga: Rusia Bakal Bantu China Salip Amerika Serikat dalam Hal Tenaga Nuklir
Perang Moskow berlanjut
Moskow sebelumnya telah berulang kali menolak kemungkinan perundingan langsung antara Zelenskyy dan Putin, dengan berbagai alasan, termasuk persiapan yang belum selesai. Dia mempertanyakan legitimasi Zelenskyy, dan menyatakan bahwa mereka tidak pernah menyetujui pertemuan apa pun sejak awal.
Asisten kebijakan luar negeri Kremlin, Yuri Ushakov, yang hadir di KTT Alaska pada bulan Agustus, mengatakan pada hari Selasa bahwa tidak ada kesepakatan yang dibuat antara Trump dan Putin untuk bertemu dengan pemimpin Ukraina tersebut.
Pada hari Senin, Putin secara terbuka menyalahkan Barat dan NATO atas perang habis-habisan yang sedang berlangsung melawan Ukraina dalam pidatonya di KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai di Tianjin.
Putin membela invasi skala penuhnya ke Ukraina pada awal 2022, dengan mengatakan kepada para hadirin bahwa perang tersebut merupakan "hasil kudeta di Ukraina, yang didukung dan diprovokasi oleh Barat".
Tonton: Serangan Drone Ukraina Hancurkan Fasilitas Minyak Rusia
Putin merujuk pada protes berdarah Euromaidan di Kyiv, yang berujung pada penggulingan Presiden Viktor Yanukovych yang bersekutu dengan Kremlin pada tahun 2014.
"Alasan kedua krisis ini adalah upaya Barat yang terus-menerus untuk menyeret Ukraina ke dalam NATO," tambah Putin.
Presiden Rusia telah berulang kali melontarkan tuduhan serupa di masa lalu tanpa memberikan bukti.
Sementara itu, Rusia terus melancarkan serangan bom hariannya ke Ukraina, meluncurkan rentetan lebih dari 500 pesawat nirawak dan dua lusin rudal ke beberapa wilayah di Ukraina pada Rabu malam.
Rusia juga mengintensifkan serangan musim panasnya di Ukraina timur yang bertujuan menduduki seluruh wilayah Donetsk.