Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Maskapai nasional Australia, Qantas Airways Ltd, mengumumkan akan menutup Jetstar Asia, maskapai berbiaya rendah milik grup yang berbasis di Singapura.
Langkah ini diambil di tengah tekanan biaya operasional yang meningkat tajam serta persaingan ketat di kawasan Asia Tenggara.
Penutupan operasional Jetstar Asia dijadwalkan efektif mulai 31 Juli 2025. Selama tujuh minggu ke depan, maskapai masih akan menjalankan operasional secara bertahap.
Baca Juga: Kabar Baik, AirAsia Bakal Kasih Diskon PPN 6% Selama Libur Sekolah di Juni-Juli 2025
Dengan penghentian ini, Qantas akan mengalihkan 13 unit pesawat Airbus A320 Jetstar Asia untuk memperkuat pasar domestik di Australia dan Selandia Baru.
Total modal senilai A$500 juta atau setara Rp 5 triliun (kurs A$1 = Rp 6.528) akan “didaur ulang” untuk mendukung program pembaruan armada utama Qantas.
Tekanan Biaya dan Kompetisi Ketat
CEO Grup Qantas Vanessa Hudson mengatakan bahwa biaya pemasok di beberapa sektor melonjak hingga 200%, yang berdampak signifikan terhadap struktur biaya operasional Jetstar Asia.
Baca Juga: AirAsia Buka Rute Penerbangan Baru Jakarta-Manado, Beroperasi Mulai 17 Juli 2025
“Kami sedang menjalankan program pembaruan armada paling ambisius sepanjang sejarah perusahaan, dengan hampir 200 pesanan pesawat baru dan investasi ratusan juta dolar untuk memperbarui armada yang ada,” ujar Hudson dalam pernyataan resmi, Rabu (11/6).
Jetstar Asia selama ini menghadapi tekanan kompetisi dari pemain besar di sektor LCC (low-cost carrier) Asia Tenggara, seperti AirAsia milik Capital A dan Scoot milik Singapore Airlines.
Kinerja Keuangan Merugi
Jetstar Asia diperkirakan akan membukukan kerugian EBIT dasar senilai A$35 juta pada tahun buku berjalan.
Ini menambah tekanan di tengah upaya grup untuk memaksimalkan pengembalian di pasar utama yang lebih menguntungkan.
Baca Juga: Ryanair Beli 30 Mesin Cadangan Untuk Kurangi Konsumsi BBM dan Meningkatkan Operasi
Sebagai informasi, Jetstar Asia diluncurkan dua dekade lalu sebagai bagian dari strategi Qantas untuk menangkap peluang di segmen penerbangan murah Asia, menyusul akuisisi Impulse Airlines dan peluncuran ulang melalui merek Jetstar.