Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tri Adi
Sweeney mengumpulkan tim yang terdiri dari empat orang. Jill of the Jungle adalah gim yang benar-benar menempatkan Epic di industri gaming. Gim keduanya itu mendapatkan respon yang lebih baik ketika dilepas ke pasar pada tahun 1992 mampu mendapatkan 20-30 pembelian setiap hari.
Untuk pengembangan selanjutnya, Sweeney mencari mitra bisnis dan Mark Rein kala itu baru keluar id Software bergabung untuk ikut membantu. Selanjutnya, dia bersama timnya merancang gim Epic's Unreal Engine. Proyek tersebut dimulai pada tahun 1994. Mesin Unreal seluruhnya dibikin Sweeney selama 2,5 tahun.
Epic's Unreal Engine juga sukses di pasaran. Keberhasilan itu bahkan mengantarnya menjadi sampul Next Generation, majalah game elit. Menurut Sweeney, itu adalah prestasi yang belum pernah terjadi di era grafis gim kala itu. Kesuksesan produk itu membuat Sweeney memindahkan perusahaan ke North Carolina tahun 1999 dan berganti nama menjadi Epic Games.
Bisnis terus berkembang, Sweeney dan timnya di Epic Game menyadari bahwa mereka bisa menghasilkan lebih banyak uang dengan memberikan lisensi ke pengembang lain untuk menggunakan teknologi mereka. Terakhir gim paling sukses Epic Games adalah Fortnite. Hebatnya, gim ini tak perlu membayar fee 30% ke Google, karena memang enggan masuk di GooglePlay
Pada tahun 2012, Sweeney menjual 40% saham Epic Games kepada konglomerat China Tencent. Epic Games telah dihargai lebih dari US$ 15 miliar dalam putaran pendanaan terbarunya, yang dipimpin oleh perusahaan ekuitas swasta KKR.
Fortnite melewati pendapatan US$ 1 miliar pada Juli 2018. Aplikasi iOS dilaporkan menghasilkan US$ 2 juta per hari bagi pendapatan Fortnite. Dalam beberapa bulan saja, permainan ini menghasilkan pendapatan US$ 300 juta.
Baru-baru ini, Epic Games dapat tambahan investasi US$ 1,25 miliar untuk ekspansi permainan dalam e-sports dan acara permainan live yang digemari para gamers di seluruh dunia.
(Bersambung)