kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Raksasa teknologi asal China ramai-ramai menambah pengeluaran, ada apa?


Kamis, 27 Mei 2021 / 16:46 WIB
Raksasa teknologi asal China ramai-ramai menambah pengeluaran, ada apa?
ILUSTRASI. The Meituan logo is seen in this illustration photo October 19, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Beberapa perusahaan teknologi internet terbesar di China saat ini sedang menambah pengeluarannya untuk kembali bangkit setelah pemerintah China membatasi bisnis mereka yang paling menguntungkan dari fintech hingga e-commerce. Hal ini terkait aturan regulator mengenai praktik monopoli di industri internet.

Seperti diketahui, di awal tahun ini regulator China mengeluarkan kampanye anti monopoli yang bertujuan membatasi perilaku antipersaingan dari perusahaan-perusahaan ini seperti berbagi data konsumen hingga subsidi layanan hingga di bawah biaya agar menghilangkan persaingan

Dikutip dari Bloomberg, Tencent Holdings Ltd., Alibaba Group Holding Ltd. dan Meituan telah memperingatkan investor beberapa minggu terakhir ini bahwa mereka akan membuka pundi-pundi mereka untuk berkembang di berbagai bidang seperti komputasi awan, mengemudi otonom, dan kecerdasan buatan. Hal ini menjanjikan untuk mengubah lanskap internet dengan menyalurkan modal ke dalam teknologi dan infrastruktur dasar.

Baca Juga: China: Politisasi hambat penyelidikan lebih lanjut asal-usul COVID-19

Dari ketiganya, Meituan merupakan perusahaan yang paling berhati-hati dan juga yang paling terbiasa rela untuk mengalami kerugian. Raksasa pengiriman makanan ini telah merosot dan diprediksi masih akan alami kerugian lebih lanjut karena pendirinya, Wang Xing juga meningkatkan pengeluaran untuk jaringan logistik dan kapasitas rantai pasokan yang bertujuan untuk meningkatkan ambisi toko online barunya. 

Meituan sebagai perusahaan teknologi terbesar ketiga di negara itu akan melaporkan pendapatan kuartal Maret pada hari Jumat. Pendapatan mereka diperkirakan mencapai 35,7 miliar yuan atau setara dengan US$ 5,6 miliar. Sementara itu kerugian bersih diproyeksikan akan meningkat lebih dari dua kali lipat dari kuartal Desember menjadi 5,2 miliar yuan.

“Peningkatan investasi untuk raksasa teknologi bukanlah sesuatu yang menjadi pilihan mereka. Inti dari kampanye anti monopoli adalah untuk mendorong raksasa ini keluar dari zona nyaman mereka, di mana mereka sekarang pada dasarnya hanya mencari sewa dari posisi mereka yang tidak tertandingi dalam bisnis masing-masing.,” kata He Qi, seorang fund manager di Huatai Pinebridge Fund Management seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (27/5).

Selain adanya regulasi yang mengatur persaingan, fintech, dan pengumpulan data, kabarnya pihak berwenang juga sedang mempertimbangkan untuk mendirikan usaha patungan untuk mengawasi sejumlah besar data pengguna yang dikumpulkan oleh perusahaan swasta.

Baca Juga: Semakin banyak negara yang melarang uang kripto bitcoin, ethereum, degocoin, dll

Upaya-upaya tersebut kemungkinan besar akan membatasi kemampuan industri internet yang tadinya freewheeling untuk menekan persaingan, baik dengan membeli startup yang menjanjikan atau menekan saingan dengan taktik seperti eksklusivitas paksa atau harga predatori. 

Badan pengawas antitrust pada bulan April lalu juga telah mengenakan denda US$ 2,8 miliar pada Alibaba dan memerintahkan 34 perusahaan teknologi terbesarnya untuk berjanji mematuhi peraturan.

Beberapa hari kemudian, badan pengawas antitrust juga mengumumkan penyelidikannya ke Meituan atas dugaan pelanggaran termasuk perjanjian eksklusivitas paksa yang dikenal sebagai "pilih satu dari dua," dengan tuduhan yang sama terhadap Alibaba. Raksasa pengiriman makanan China juga dituduh mengeksploitasi pekerja, sementara unit perdagangan komunitasnya didenda karena subsidi yang berlebihan.

Beberapa perusahaan raksasa teknologi ini juga  telah menanggapi dorongan antitrust dengan berjanji untuk menyalurkan pendapatan masa depan ke dalam inisiatif baru. 

Ambil contoh, perusahaan e-commerce utama Jack Ma mengatakan awal bulan ini akan menginvestasikan semua keuntungan tambahan ke dalam teknologi serta bidang-bidang seperti perdagangan komunitas dalam upaya untuk melewati penyelidikan antitrust. Dalam kasus Tencent, mereka juga berjanji untuk menginvestasikan sebagian besar keuntungan ke sektor-sektor seperti cloud dan video pendek, dan bahkan mengalokasikan miliaran untuk apa yang disebut dengan nilai sosial.

Baca Juga: Kapal induk AS di Asia Pasifik akan ditugaskan menjemput tentara di Afghanistan

Sebelum tindakan keras antitrust yang dimulai November lalu, raksasa teknologi sebenarnya telah menambah investasi, meskipun hanya di bidang seperti perdagangan komunitas. 

Penantang Alibaba, Pinduoduo Inc. mengumpulkan US$ 6,1 miliar pada bulan November untuk mengembangkan bisnis belanjaan online dan produk pertaniannya. Saingan dari Didi hingga perusahaan rintisan yang lebih kecil seperti MissFresh yang didukung Tencent juga masuk ke dalam perdagangan komunitas, semuanya berusaha untuk memimpin dalam perkiraan pasar yang akan mencapai US$ 19 miliar tahun ini.

Direktur investasi bank  yang berbasis di Beijing, Chanson & Co. Shen Meng mengatakan bahwa pemerintah China mengharapkan raksasa internet domestik ini untuk memainkan peran yang lebih besar dalam membantu negara mencapai kemandirian teknologi.

“Bagaimanapun, memajukan teknologi fundamental membutuhkan banyak hal modal dan tenaga kerja. Di negara yang masih belum memiliki ekosistem investasi ventura yang matang, teknologi besar yang berkantong tebal berada pada posisi yang lebih baik daripada perusahaan rintisan untuk memimpin terobosan itu. " kata Shen Meng

Selanjutnya: Laba industri di China meningkat 57% pada bulan April




TERBARU

[X]
×