Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sebelum virus corona menyerang dunia, lebih dari separuh orang super kaya global sudah meramal bakal terjadi resesi di 2020. Mereka pun bersiap menghadapi resesi pada tahun ini.
Melansir CNBC, menurut survei UBS pada September 2019 terhadap 360 keluarga super kaya global dengan kekayaan keluarga rata-rata US$ 1,2 miliar, sekitar 55% keluarga kaya melihat akan terjadi resesi pada tahun 2020. Untuk mengurangi risiko, 45% sudah menyesuaikan portofolionya, termasuk beralih ke obligasi dan real estat, sementara 42% meningkatkan cadangan kas mereka.
“Kami sangat berhati-hati, bahkan dengan kondisi pasar sekarang kami merasa tidak nyaman,” kata seorang responden survei yang merupakan mitra pengelola di kantor multifamily di Amerika Utara seperti yang dikutip CNBC pada September 2019 lalu.
Perang dagang yang meningkat antara AS dan China telah memperdalam kekhawatiran akan resesi. Belum lagi terjadi inversi kurva imbal hasil, fenomena pasar obligasi yang secara historis memprediksi penurunan ekonomi.
Baca Juga: Hati-hati, Menkeu ingatkan penurunan konsumsi dan investasi kuartal III picu resesi
Pada waktu itu, banyak investor dan ekonom terkenal termasuk Jeffrey Gundlach dan David Rosenberg memperingatkan tentang risiko resesi yang meningkat.
"Siapa yang tahu apa yang akan terjadi dengan Brexit, apa yang akan terjadi di UE, dan apa yang akan terjadi antara AS dan China," kata responden survei lainnya, CEO dari satu keluarga kaya di Eropa. “Ada begitu banyak pertanyaan terbuka, dan ini bisa berdampak dramatis pada pasar. Secara umum, kami pikir kami telah mencapai puncak kami."
Baca Juga: Indonesia di Ambang Resesi, Pasar Modal Tetap Jadi Andalan Bagi Korporasi
Survei tersebut juga mengungkapkan seperlima dari keluarga kaya mengurangi eksposur leverage mereka dalam investasi sebagai tanggapan atas ekspektasi mereka untuk resesi tahun depan.
Ramalan terbukti
Siapa yang menyangka, ternyata, resesi itu benar-benar terjadi. Selain karena faktor perang dagang AS-China dan inversi kurva imbal hasil obligasi, kali ini resesi lebih dipicu oleh pandemi virus corona yang menyebar ke penjuru dunia.
Saat ini, satu per satu negara di dunia masuk ke jurang resesi. Data Kontan menunjukkan, setidaknya ada 18 negara yang sudah mengalami resesi. Belum lama ini, Australia melaporkan terjadi kontraksi pada perekonomiannya sebesar 6,3% year on year pada kuartal II 2020. Ini merupakan resesi pertama yang dialami Australia dalam 30 tahun terakhir.
Baca Juga: Tips melawan resesi: Siapkan dana darurat hingga bangun bisnis sampingan
Berikut adalah daftar 18 negara yang sudah masuk ke jurang resesi:
1. Singapura
Dikutip dari Kontan.co.id, 17 Agustus 2020, ekonomi Singapura mengalami resesi setelah kontraksi pada kuartal kedua 2020.
Produk domestik bruto (PDB) anjlok dengan rekor 41,2% dalam tiga bulan yang berakhir Maret, berdasarkan basis tahunan kuartal ke kuartal, data awal dari Kementerian Perdagangan dan Industri.
Baca Juga: Indonesia terancam masuk ke jurang resesi, ini cara tepat menghadapinya
2. Korea Selatan
Perekonomian Korea Selatan mencatat resesi teknis pertama sejak 2003 pada kuartal Juni. Pembatasan aktivitas akibat dari pandemi virus corona menekan kegiatan ekonomi dan permintaan global.
Melansir Reuters, bank sentral Korsel mengatakan, tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) Korsel mengalami penurunan sebesar 3,3% yang disesuaikan secara musiman pada kuartal Juni. Sebagai perbandingan, pada kuartal sebelumnya PDB Korsel menurun 1,3%.
3. Filipina
Ekonomi Filipina akhirnya masuk ke jurang resesi untuk kali pertama dalam 29 tahun setelah pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2020 kontraksi 16,5% secara year on year (yoy).
4. Thailand
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (18/8/2020), Konsil Pengembangan Ekonomi dan Sosial Nasional mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Thailand minus 12,2% pada kuartal II-2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Indonesia di ambang resesi ekonomi 2020, apa itu resesi?
5. Hong Kong
Ekonomi Hong Kong menyusut 0,4% yang disesuaikan secara musiman pada Oktober-Desember dari kuartal sebelumnya, versus kontraksi 3,0% yang direvisi pada Juli-September. Secara tahunan, ekonomi menyusut 2,9%, dibandingkan dengan penurunan 2,8% yang direvisi pada kuartal ketiga.
6. Jepang
Data produk domestik bruto (PDB) resmi menunjukkan, ekonomi terbesar ketiga di dunia itu mengalami penurunan tahunan sebesar 3,4% pada kuartal pertama 2020. Sebelumnya, Jepang terakhir kali mengalami resesi di paruh kedua 2015.
Baca Juga: Terus bertambah, ini daftar 18 negara yang sudah resesi
7. Jerman
Reuters memberitakan, kantor Statistik Federal mengatakan output domestik bruto di ekonomi terbesar Eropa itu menyusut 10,1% dalam basis kuartal-ke-kuartal dari April hingga Juni setelah revisi kontraksi 2,0% dalam tiga bulan pertama tahun ini.
8. Amerika Serikat
Perekonomian Amerika Serikat jatuh ke jurang resesi pada kuartal II 2020 setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif 32,9%. Pada kuartal I 2020, negara adidaya ini mengalami kontraksi 5% pada ekonominya.
9. Swiss
Swiss juga resmi masuk jurang resesi. Mengutip Reuters, ekonomi Swiss menyusut menjadi minus 8,2% pada kuartal kedua dibandingkan dengan tiga bulan pertama tahun ini. Sebelumnya, ekonomi Swiss minus 2,6% pada kuartal pertama.
Baca Juga: Resesi di ambang pintu, Menkeu: Ekonomi kuartal III-2020 tumbuh negatif
10. Kanada
Pada kuartal II 2020, ekonomi Kanada terkontraksi sebesar 38,7 persen secara tahunan. Dalam basis kuartalan (QtQ), ekonomi tercatat -11,5%, setelah sebelumnya -2,1% di kuartal I 2020.
11. Prancis
Melansir Reuters, ekonomi Perancis mengalami kontraksi rekor pasca-perang sebesar 13,8% pada kuartal kedua.
12. Italia
Data Reuters menunjukkan, perkonomian Italia mengalami kontraksi 0,7% pada kuartal kedua 2020. Penurunan tersebut adalah penurunan keempat berturut-turut untuk ekonomi yang terperosok dalam resesi sejak pertengahan tahun lalu, dengan tingkat kontraksi hanya sedikit berkurang dari penurunan 0,8% pada kuartal pertama.
13. Inggris
Inggris mengalami resesi terparah sepanjang sejarah ekonominya. Ekonomi Inggris terkontraksi sebesar 20,4% pada kuartal kedua tahun 2020.
14. Malaysia
Perekonomian Malaysia menyusut 17,1% pada kuartal kedua dari tahun sebelumnya. Sementara, penurunan PDB riil yang disesuaikan secara musiman mengikuti penurunan -2% dalam kuartal I 2020.
15. Polandia
Melansir Kompas.com, di kuartal II 2020, perekonomian Polandia menyusut -8,9% karena efek karantina wilayah (lockdown), setelah terkontraksi -0,4% pada kuartal I 2020. Resesi yang didefinisikan sebagai kontraksi ekonomi dua kuartal berturut-turut, membuat Polandia resmi mengalami resesi teknikal.
16. Spanyol
Dikutip dari Kompas.com, menurut Badan Statistik Spanyol, negara ini telah memasuki fase resesi ekonomi usai PDB kuartal II 2020 turun hingga 18,5%. Secara kuartalan, pertumbuhan minus ini merupakan rekor pertumbuhan ekonomi terburuk. Di kuartal I 2020, ekonomi Spanyol juga anjlok hingga 5,2 %.
17. Australia
Australia resmi mengalami resesi setelah ekonominya mengalami kontraksi sebesar 6,3% year on year (YoY) pada kuartal II 2020. Ini merupakan resesi pertama yang dialami Australia dalam waktu 30 tahun terakhir.
18. Brasil
Mengutip Aljazeera, ekonomi Brasil mengalami kontraksi dengan rekor 9,7% (QoQ) pada kuartal kedua tahun 2020. Sementara pada kuartal I, ekonomi Brasil -0,3%. Hal itu membuat Brasil jatuh ke dalam resesi ketika lantaran terhantam lockdown akibat virus corona, kata badan statistik resmi.