kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ribuan warga Australia terjebak di luar negeri: Pemerintah melupakan kami


Selasa, 15 September 2020 / 10:06 WIB
Ribuan warga Australia terjebak di luar negeri: Pemerintah melupakan kami


Sumber: CNN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Ribuan warga Australia terjebak di luar negeri karena dilarang pulang ke negaranya. Mereka berada dalam kondisi memprihatinkan karena tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki visa, dan tidak ada asuransi kesehatan.

Melansir CNN, meskipun mengalami situasi yang berbeda-beda, namun warga Australia yang berada di luar negeri merasa ditinggalkan oleh pemerintah mereka selama pandemi virus corona.

Minggu (12/9/2020) lalu, menandai dua bulan sejak Perdana Menteri Scott Morrison memperkenalkan pembatasan kedatangan penerbangan internasional di bawah 4.000 kedatangan per minggu. Kebijakan ini diambil sebagai tanggapan atas terjadinya gelombang virus corona kedua di negara itu, yang dipicu oleh skandal keamanan karantina hotel.

Pembatasan tersebut mengakibatkan rentetan dan tumpukan penerbangan yang dibatalkan, dengan harga tiket yang meroket.

Baca Juga: Kaum super tajir dunia sudah bersiap sambut resesi sejak tahun lalu

Masih mengutip CNN, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan setidaknya 25.000 warga Australia, banyak dari mereka yang rentan secara finansial dan medis, telah mendaftarkan kebutuhan mereka untuk pulang sejak Juli. Namun, Dewan Perwakilan Maskapai Australia memperkirakan jumlah sebenarnya dari mereka yang terdampar mendekati 100.000 orang.

Baca Juga: Aparat pajak bisa menyigi aset warga Indonesia di Australia

Sebelum pembatasan diberlakukan, Australia sudah memiliki menerapkan kebijakan perjalanan virus corona paling ketat di dunia. Sejak Maret, karantina hotel telah diamanatkan, di mana turis asing dilarang masuk dan warga dilarang pergi.

Mereka yang mencoba untuk pulang sekarang adalah warga negara Australia yang meninggalkan negara itu sebelum pandemi menyebar, bukan mereka yang berlibur.

Sejumlah warga Australia yang saat ini terdampar di luar negeri mengatakan kepada CNN bahwa meskipun pemerintah memang mendesak warganya untuk kembali ke rumah pada bulan Maret, itu adalah pesan yang ditujukan untuk pelancong jangka pendek.

Baca Juga: Corona lampaui 200.000, epidemiolog: Ubah strategi atau hal terburuk bisa terjadi

Mereka yang memiliki pekerjaan tetap, rumah dan tabungan dinasihati oleh konsulat mereka untuk tetap tinggal. Tak seorang pun di bulan Maret dapat memprediksi berapa lama pandemi akan berlangsung, atau dampaknya terhadap kehidupan mereka. Enam bulan kemudian, banyak yang masih memiliki pendapatan dan rumah yang aman, sementara sebagian lainnya mengalami hidup yang berantakan.

Bagi Stephen Spencer di Abu Dhabi, kembali ke Australia pada bulan Maret berarti berhenti dari pekerjaannya, mencabut pendidikan anak-anaknya dan meninggalkan rumahnya - tanpa jaminan apa pun di Australia. Spencer dan istrinya Kate memilih opsi paling stabil untuk anak-anak mereka, yaitu tetap tinggal di Abu Dhabi.

Baca Juga: Indo-Pasifik memanas, Taiwan ajak negara-negara demokrasi halangi tindakan agresif

Beberapa bulan kemudian, Spencer kehilangan pekerjaannya dan sekarang berjuang untuk membawa keluarganya pulang. Mereka hanya memiliki waktu 30 hari untuk keluar dari negara itu.

"Jika kami tidak dapat melakukan penerbangan ke Australia, kami secara efektif hidup sebagai pengungsi, tanpa hak legal untuk tetap tinggal di UEA dan negara asal yang tidak mengizinkan kami untuk kembali," jelasnya. "Saya tidak percaya betapa cepatnya pemerintah Australia melupakan warganya di luar negeri."

Spenser tidak sendiri. Banyak kisah serupa yang diceritakan kembali oleh mereka yang terjebak di luar negeri.

Selanjutnya: Kunjungi lokasi kebakaran California, Trump: Pohon bisa meledak




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×