Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pada Rabu (12/3/2025), Kremlin mengatakan bahwa mereka sedang menunggu rincian dari Washington tentang proposal untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina sebelum memberikan tanggapan resmi.
Padahal, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio berharap kesepakatan akan dicapai dalam beberapa hari ke depan.
Mengutip Reuters, saat Moskow mempertimbangkan rencana tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi wilayah Kursk Rusia untuk pertama kalinya sejak pasukan Ukraina merebut sebagian wilayahnya tahun lalu.
Pasukan Kyiv hampir kehilangan pijakan itu, yang diharapkan Ukraina dapat digunakan sebagai pengaruh dalam setiap pembicaraan damai dengan Moskow.
Dengan kunjungan Putin yang menyoroti klaim keberhasilan Rusia di Kursk, Valery Gerasimov, kepala Staf Umum Rusia, mengatakan kepada pemimpin Kremlin bahwa pasukan Ukraina sudah dikepung.
Namun, komandan tentara Ukraina Oleksandr Syrskyi mengatakan di Facebook bahwa pertempuran terus berlanjut di pinggiran kota Sudzha di Kursk dan pasukan Kyiv akan terus beroperasi di sana "selama diperlukan".
Baca Juga: Kremlin Peringatkan Warga Rusia atas Euforia Trump, Ada Apa?
Sementara itu, AS pada hari Selasa (11/3/2025) setuju untuk melanjutkan pasokan senjata dan berbagi intelijen setelah Kyiv mengatakan dalam pembicaraan di Arab Saudi bahwa mereka siap untuk mendukung proposal gencatan senjata.
Kremlin mengatakan sedang mempelajari dengan saksama hasil pertemuan itu dan menunggu rincian dari Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Mike Waltz.
Kemudian pada hari Rabu, Gedung Putih mengatakan Waltz telah berbicara dengan mitranya dari Rusia.
Berbicara kepada wartawan saat pesawatnya mengisi bahan bakar di Irlandia, Rubio mengatakan pada hari Rabu: "Beginilah yang kami harapkan dari dunia dalam beberapa hari: Tidak ada pihak yang saling menembak, tidak ada roket, tidak ada rudal, tidak ada peluru, tidak ada apa-apa ... dan pembicaraan pun dimulai."
Di Washington, Presiden Donald Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa ia telah menerima "pesan positif" tentang potensi gencatan senjata dalam konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun tersebut, tanpa memberikan rincian lebih jauh.
Setelah pasukan Rusia memperoleh keuntungan di Ukraina pada tahun 2024, Trump membalikkan kebijakan AS tentang perang tersebut. Yakni dengan meluncurkan pembicaraan bilateral dengan Moskow dan menangguhkan bantuan militer ke Ukraina, menuntut agar Ukraina mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri konflik tersebut.
Baca Juga: Langit Moskow Dihujani Serangan Drone Ukraina, Satu Korban Meninggal