Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, kembali memohon kepada para sekutunya agar pasokan senjata ke Ukraina segera dikirim. Militer Ukraina saat ini disebut masih sulit menghalau serangan udara Rusia.
Dalam pesannya di Telegram hari Minggu (12/1), Zelesnkyy mengatakan bahwa selama seminggu terakhir militer Ukraina kesulitan menghadapi hampir 700 bom udara dan lebih dari 600 drone Rusia.
"Setiap minggu, perang Rusia terus berlanjut hanya karena tentara Rusia mempertahankan kemampuannya untuk meneror Ukraina dan mengeksploitasi keunggulannya di langit," tulis Zeleskyy, dikutip Reuters.
Presiden yang dulunya merupakan pelawak ini menambahkan, pertahanan udara Ukraina hanya mampu menembak jatuh 60 dari 94 drone yang diluncurkan Rusia pada hari Minggu.
Baca Juga: Trump Kembali ke Gedung Putih, Tiongkok dan militernya Persiapkan Langkah Besar
Lemahnya militer Ukraina memaksa Zelenskyy untuk terus memohon bantuan kepada para mitranya di Barat dalam setiap kesempatan.
Dalam pesannya hari Minggu, Zelenskyy menagih janji para mitranya di Barat, termasuk para anggota NATO, yang sepakat untuk memasok Ukraina dengan sistem pertahanan udara.
"Saya meminta agar janji segera dipenuhi. Keputusan-keputusan yang dibuat pada pertemuan puncak NATO di Washington, serta keputusan-keputusan yang diadopsi selama pertemuan Ramstein mengenai pertahanan udara untuk Ukraina, masih belum sepenuhnya dilaksanakan," kata Zelenskyy.
Selain menunggu kiriman bantuan, Ukraina sepertinya juga siap untuk melakukan produksi sistem pertahanan udara sendiri.
Pekan lalu, Zelenskyy mengatakan dirinya telah membahas kemungkinan pemberian lisensi kepada Ukraina untuk memproduksi sistem pertahanan udara dan rudal.
Baca Juga: Rusia Merebut Lebih dari 4.000 Km Persegi WIlayah Ukraina Pada Tahun 2024
Bantuan Militer ke Ukraina
Periode perang di Ukraina diprediksi akan semakin panjang karena para anggota NATO masih terus mengirim bantuan tank ke medan perang.
Menteri Pertahanan Polandia, Wladyslaw Kosiniak-Kamysz, memastikan bahwa negara NATO yang menjadi anggota koalisi tank akan terus mengirimkan kendaraan lapis baja ke Ukraina.
Kelompok kerja yang bertugas mengoordinasikan pengiriman militer ke Ukraina, yang berlangsung di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman, baru saja melakukan pertemuan untuk membahas masalah tersebut pada hari Kamis (9/1).
"Saya menyampaikan peta jalan koalisi kami untuk memperkuat kemampuan lapis baja Ukraina dan informasi mengenai transfer berikutnya. Semua negara yang ikut serta dalam pertemuan ini bersiap untuk dukungan lebih lanjut dan pengiriman di masa mendatang ke Ukraina," kata Kosiniak-Kamysz, dikutip TASS.
Menurut pernyataan bersama yang dirilis Pentagon, para sekutu Ukraina bertekad mengupayakan segala cara untuk memenuhi kebutuhan militer Ukraina.
Baca Juga: Perang Makin Panjang, NATO Terus Kirim Tank ke Ukraina
Tiga Tahun Perang di Ukraina
Perang Ukraina telah berjalan hampir tiga tahun. Militer Rusia memulai invasinya di Ukraina pada bulan Februari 2022.
Dalam pertemuan PBB hari Rabu (8/1), dilaporkan bahwa lebih dari 12.300 warga sipil telah tewas dalam perang Ukraina. Lonjakan korban jiwa terjadi akibat penggunaan pesawat tak berawak, rudal jarak jauh, dan bom luncur.
"Angkatan bersenjata Rusia mengintensifkan operasi mereka untuk merebut lebih banyak wilayah di Ukraina timur, dengan dampak yang parah terhadap warga sipil di daerah garis depan," kata Nada Al-Nashif, Wakil Kepala Dewan Hak Asasi Manusia PBB, dikutip Reuters.
Tentara Rusia telah berhasil merebut sekitar 4.168 km persegi wilayah Ukraina pada tahun 2024. Di pekan pertama tahun 2025, Rusia mengklaim telah merebut kota Kurakhove yang kaya sumber daya di Ukraina timur.
Tonton: Iran Pamerkan Kekuatan Teknologi Baru di Kota Produksi Rudal Bawah Tanah