Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Opsi perdagangan Rusia-China semakin terbatas sejak AS memberlakukan sanksi pada satu-satunya cabang bank Rusia di Tiongkok pekan lalu.
Akan tetapi, menurut tiga orang sumber Reuters, kunjungan Presiden Vladimir Putin ke China pada bulan lalu telah membantu memastikan kedua negara memiliki alternatif pembayaran untuk saat ini.
Sejak kunjungan Putin, bank-bank yang diberi wewenang khusus telah didirikan di wilayah perbatasan yang memungkinkan perusahaan-perusahaan Rusia membuka rekening non-residen (NRA) di bank-bank China.
Menurut sumber tersebut, ini menjadi sebuah langkah yang sangat penting sejak cabang VTB di Shanghai menjadi sasaran sanksi.
Data Reuters menunjukkan, perdagangan antara Rusia dan China melonjak hingga mencapai rekor US$ 240 miliar pada tahun 2023.
Mempertahankan aliran pendapatan dan barang, yang sangat penting bagi Kremlin, bergantung pada kelancaran pembayaran.
Solusi tersebut melibatkan bank-bank regional yang lebih kecil yang untuk sementara waktu tidak terdeteksi oleh sanksi AS.
Langkah ini menunjukkan bagaimana Moskow dan Beijing harus mengambil langkah-langkah yang semakin rumit untuk memastikan pembayaran bilateral terus dilakukan.
Baca Juga: Putin Tegaskan Rusia Ingin Bermitra dengan Vietnam Bidang Energi dan Keamanan.
Namun, pada saat yang sama, berpotensi mengungkap beberapa hal yang tidak diinginkan. Yakni, perusahaan keuangan China akan terkena sanksi AS karena mereka berupaya menghindari pembatasan.
Penggunaan bank di wilayah perbatasan memudahkan perantara yang bekerja atas nama perusahaan Rusia untuk berpindah antar bank.
Skema ini, yang melibatkan bank-bank kecil yang memiliki bisnis terbatas atau tidak sama sekali dengan negara-negara yang dianggap tidak bersahabat dengan Rusia, juga mengurangi potensi dampak buruk bagi China.
Namun, peluang mereka untuk melakukan pembayaran bagi perusahaan-perusahaan Rusia mungkin semakin menyempit.
Baca Juga: Rusia Sebut Punya Banyak Strategi Balas Dendam atas Rencana Perampasan Asetnya
Seorang pejabat senior Departemen Keuangan AS mengatakan pada bulan ini pihaknya berupaya mengidentifikasi bank-bank kecil yang masih membantu memproses transaksi yang membantu produksi militer Rusia.
Perdagangan dengan Beijing menjadi lebih penting bagi Moskow sejak negara tersebut mengirimkan pasukannya ke Ukraina pada Februari 2022.
Bank-bank Rusia kemudian diblokir dari sistem pembayaran global SWIFT, sementara banyak negara dan perusahaan Barat memutuskan hubungan dengan Rusia.
“Setelah kunjungan (Putin), bermunculan bank-bank di salah satu provinsi China yang membuka rekening NRA untuk perusahaan-perusahaan Rusia di wilayah Tiongkok,” kata salah satu sumber perbankan, yang menolak mengungkapkan nama karena risiko sanksi.
Hanya segelintir bank, yang terletak di dekat perbatasan di timur laut, yang masih bekerja sama dengan Rusia, kata sumber lainnya.
Baca Juga: Korea Utara dan Rusia Teken Pakta dalam Bidang Bantuan Militer
“Kami bahkan tidak membicarakan … bank-bank besar dan menengah saat ini,” kata orang tersebut. “Tak satu pun dari mereka bekerja dengan Rusia. Ini adalah masalah yang harus kita sadari.”
Bank Rakyat Tiongkok dan regulator perbankan Tiongkok, Administrasi Regulasi Keuangan Nasional, tidak menanggapi permintaan komentar.
Menurut Yevgeny Kogan, bankir investasi dan profesor di Sekolah Tinggi Ekonomi Rusia, setelah semakin banyak perusahaan China yang terkena sanksi oleh AS, banyak perusahaan yang mungkin memutuskan untuk menghentikan bisnis apa pun dengan Rusia. Akibatnya, impor dari Tiongkok dapat menurun.
Sanksi terhadap anak perusahaan bank Rusia di China juga menimbulkan masalah, tambahnya.