kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.806.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.585   -5,00   -0,03%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Rusia dan Ukraina Sepakat Gencatan Senjata di Laut Hitam


Rabu, 26 Maret 2025 / 08:09 WIB
Rusia dan Ukraina Sepakat Gencatan Senjata di Laut Hitam
ILUSTRASI. Setelah pembicaraan terpisah dengan Amerika Serikat di Arab Saudi pada minggu ini, Rusia dan Ukraina telah sepakat untuk menghilangkan penggunaan kekuatan di Laut Hitam. Sergei Kholodilin/BelTA/Handout via REUTERS


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Setelah pembicaraan terpisah dengan Amerika Serikat di Arab Saudi pada minggu ini, Rusia dan Ukraina telah sepakat untuk "menghilangkan penggunaan kekuatan" di Laut Hitam. Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Gedung Putih pada Selasa (25/3/2025).

"Rusia dan Ukraina telah sepakat untuk memastikan navigasi yang aman, menghilangkan penggunaan kekuatan, dan mencegah penggunaan kapal komersial untuk keperluan militer di Laut Hitam," demikian menurut pernyataan tersebut.

Melansir Good Morning America, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut perjanjian itu sebagai "gencatan senjata" di Laut Hitam, selama konferensi pers pada hari Selasa.

"Pihak Ukraina menekankan bahwa semua pergerakan kapal militer Rusia di luar bagian belakang Laut Hitam akan merupakan pelanggaran terhadap semangat perjanjian ini, akan dianggap sebagai pelanggaran terhadap komitmen untuk memastikan navigasi yang aman di Laut Hitam dan ancaman terhadap keamanan nasional Ukraina," kata Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov dalam sebuah posting di Facebook. 

Dia menambahkan, "Dalam hal ini Ukraina akan memiliki hak penuh untuk menggunakan hak membela diri."

Gedung Putih juga mengatakan, baik Rusia maupun Ukraina juga sepakat untuk mengembangkan langkah-langkah untuk melaksanakan perjanjian pelarangan serangan terhadap fasilitas energi di Rusia dan Ukraina. 

Dalam pernyataannya tentang pembicaraan dengan AS, Rusia mengatakan larangan tersebut akan berlangsung selama 30 hari, terhitung sejak 18 Maret, dengan kemungkinan perpanjangan dan penarikan diri dari perjanjian jika salah satu pihak tidak mematuhinya.

Baca Juga: Minyak Ditutup Mixed, Gencatan Senjata Rusia-Ukraina Imbangi Kekhawatiran Pasokan

"Semua pihak berupaya untuk mencapai perdamaian yang langgeng dan abadi," pernyataan Gedung Putih mencatat.

Selain itu, berdasarkan pernyataan pada perundingan Ukraina di Riyadh, Gedung Putih membuat perjanjian khusus dengan Ukraina mengenai pertukaran tawanan perang.

"Amerika Serikat dan Ukraina sepakat bahwa Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk membantu mencapai pertukaran tawanan perang, pembebasan tahanan sipil, dan pemulangan anak-anak Ukraina yang dipindahkan secara paksa," tambah pernyataan tersebut.

Gedung Putih juga membuat perjanjian khusus dengan Rusia, yang difokuskan pada biaya pertanian dan maritim, menurut pernyataan pada perundingan Rusia di Riyadh.

"Amerika Serikat akan membantu memulihkan akses Rusia ke pasar dunia untuk ekspor pertanian dan pupuk, menurunkan biaya asuransi maritim, dan meningkatkan akses ke pelabuhan dan sistem pembayaran untuk transaksi tersebut," pernyataan tersebut.

Sementara, Rusia dalam pernyataannya menegaskan, perjanjian mengenai Laut Hitam dan ekspor Rusia hanya akan berlaku setelah sanksi dan pembatasan yang dikenakan pada perusahaan-perusahaan Rusia tertentu yang terkait dengan pangan dan pertanian dicabut.

Baca Juga: Ukraina Luncurkan Serangan HIMARS Terhadap Helikopter Rusia di Belgorod

Pembicaraan tertutup hari Senin dengan Rusia di Riyadh berlangsung selama 12 jam, kata seorang sumber kepada kantor berita TASS milik pemerintah Rusia.

Grigory Karasin, ketua Komite Urusan Internasional Dewan Federasi, yang ikut serta dalam pembicaraan di Riyadh, mengatakan kepada TASS bahwa "dialog itu terperinci dan rumit tetapi cukup bermanfaat bagi kami dan bagi Amerika." 

Karasin menambahkan, "Kami membahas banyak isu."

Tonton: Trump Pertimbangkan untuk Akui Krimea Ukraina Sebagai Bagian dari Rusia

Pembicaraan itu diharapkan mencakup pembahasan tentang kemungkinan gencatan senjata di Laut Hitam, Peskov mengatakan kepada wartawan pada hari Senin. Usulan itu, kata Peskov, datang dari Presiden Donald Trump dan disetujui oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

Selanjutnya: OJK Ungkap Sejumlah Tantangan untuk Dorong Kinerja Industri Keuangan Syariah

Menarik Dibaca: 7 Drakor dengan Rating Tertinggi dari IMDb, Ada When Life Gives You Tangerines


Survei KG Media

TERBARU

[X]
×