Sumber: Newsweek | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik antara Rusia dan Ukraina, yang telah berlangsung sejak 2022, terus mencatatkan perkembangan signifikan.
Menurut data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Ukraina pada 19 November 2024, militer Rusia mengalami kerugian besar dalam 24 jam terakhir.
Angka-angka ini mencerminkan eskalasi intensitas konflik yang terjadi saat perang memasuki hari ke-1.000.
Baca Juga: Kim Jong Un Serukan Militer Korea Utara untuk Bersiap Menghadapi Perang
Kerugian Militer Rusia dalam 24 Jam Terakhir
Dalam periode 18-19 November 2024, berikut adalah kerugian yang dialami oleh pihak Rusia:
- Pasukan: 1.610 tentara gugur.
- Tank: 17 unit hancur.
- Kendaraan: 153 unit rusak.
- Sistem Artileri: 46 unit dihancurkan.
- Drone (UAV): 38 unit jatuh.
- Rudal Jelajah: 1 unit berhasil dilumpuhkan.
- Peralatan Khusus: 17 unit dihancurkan.
Total Kerugian Rusia Sejak Invasi Dimulai
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, total kerugian yang dicatat pihak Ukraina mencapai angka yang mengejutkan:
- Tentara: 724.050 personel.
- Tank: 9.382 unit.
- Kendaraan: 48.640 unit.
- Sistem Artileri: 20.632 unit.
- Drone: 19.111 unit.
- Peralatan Khusus: 3.672 unit.
Data ini menunjukkan tingginya intensitas konflik, di mana kerugian terus meningkat dari bulan ke bulan.
Baca Juga: Vladimir Putin Beri Sinyal Kesiapan untuk Perang Nuklir!
Rekor Kerugian Tertinggi
Laporan dari Kementerian Pertahanan Ukraina juga menunjukkan bahwa bulan Oktober 2024 merupakan periode paling mematikan bagi tentara Rusia, dengan 41.980 korban jiwa dilaporkan.
Sebelumnya, rekor korban harian tertinggi terjadi pada 11 November 2024, dengan 1.950 tentara Rusia tewas dalam sehari.
Dari sisi peralatan militer, bulan Mei 2024 menjadi masa paling destruktif bagi tank Rusia, dengan 428 unit dihancurkan.
Eskalasi dengan Dukungan Senjata Jarak Jauh
Peningkatan kerugian di pihak Rusia bertepatan dengan penggunaan senjata jarak jauh Amerika Serikat oleh Ukraina, termasuk Army Tactical Missile Systems (ATACMS).
Penggunaan senjata ini memungkinkan Ukraina untuk menyerang target di wilayah Rusia, yang menuai reaksi keras dari Kremlin.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut bahwa langkah ini merupakan bentuk eskalasi oleh Amerika Serikat.
Beberapa pemimpin Eropa, seperti Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri, mendukung langkah ini, sementara pihak lain mengkhawatirkan meningkatnya risiko perang yang lebih luas.
Baca Juga: Zelenskiy Sebut Pasukan Korea Utara di Rusia Bisa Mencapai 100.000 Orang
Dampak Serangan Drone dan Rudal
Selain kerugian di medan perang, Rusia juga melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap infrastruktur Ukraina pada 17 November 2024. Serangan ini menargetkan beberapa wilayah dan menyebabkan kerusakan besar, termasuk:
- Korban Jiwa: 11 orang tewas di Sumy setelah serangan rudal dengan munisi cluster menghantam sebuah gedung apartemen.
- Evakuasi: Lebih dari 400 orang berhasil diselamatkan.