Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks Nasdaq berorientasi teknologi diperkirakan dibuka mendatar pada Kamis (28/8/2025), tertekan pelemahan saham Nvidia akibat ketidakpastian pasar China di tengah tensi perang dagang Amerika Serikat–China.
Nvidia terpaksa mengecualikan potensi penjualan ke China dari proyeksi kinerja kuartalan meski awal bulan ini telah memperoleh lisensi untuk menjual chip H20 setelah mencapai kesepakatan pembagian pendapatan dengan pemerintah AS.
Saham Nvidia turun 0,3% pada perdagangan pra-pasar. Beberapa analis juga menyoroti kinerja pusat data perusahaan yang dinilai mengindikasikan pengetatan belanja penyedia layanan komputasi awan.
Baca Juga: Ditekan AS, Nvidia Tetap Gas! Segera Rilis Chip AI Murah Khusus Pasar China
Meski begitu, proyeksi pendapatan kuartalan yang solid, rencana pembelian kembali saham senilai US$ 60 miliar, serta komentar optimistis CEO Jensen Huang, membantu meredakan kekhawatiran investor terkait permintaan kecerdasan buatan (AI).
“Untuk perusahaan biasa di situasi normal, hasil ini sudah baik. Namun Nvidia bukan perusahaan biasa. Absennya pendapatan dari China dan ketidakpastian pengiriman ke depan tetap menjadi risiko. Semakin lama ini berlangsung, semakin kuat pula alternatif domestik China,” ujar Paul Meeks, Managing Director Freedom Capital Markets.
Antusiasme terhadap prospek pendapatan AI telah menjadi motor reli pasar saham Wall Street dalam hampir tiga tahun terakhir. Reli tersebut tetap bertahan meski sempat diguncang rilis model AI murah dari China dan aksi jual akibat tarif impor AS pada April lalu.
Baca Juga: AS Izinkan Nvidia Ekspor Chip ke China, Hapus Hambatan Besar Akses Pasar
Saham perusahaan semikonduktor lain seperti Super Micro Computer dan Advanced Micro Devices (AMD) bergerak tidak menentu, begitu pula dengan pelanggan utama Nvidia, termasuk Meta dan Microsoft.
Sementara itu, saham Snowflake melonjak 14,4% setelah menaikkan proyeksi pendapatan produk tahun fiskal 2026 dengan alasan meningkatnya permintaan AI.
Pada pukul 08.43 waktu New York, Dow E-minis naik 71 poin (0,16%), S&P 500 E-minis naik 6 poin (0,09%), dan Nasdaq 100 E-minis bertambah 17,75 poin (0,08%).
Sentimen lain yang turut mendorong indeks S&P 500 ke rekor tertinggi adalah ekspektasi penurunan suku bunga The Federal Reserve pada September mendatang.
Kontrak berjangka indeks Russell 2000 yang sensitif terhadap suku bunga naik 0,5% sebelum pembukaan, sementara S&P 500 futures mendekati level tertinggi sepanjang masa.
Data dari LSEG menunjukkan pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga September sebesar 84,2%. Klaim tunjangan pengangguran minggu lalu tercatat 229.000, sedikit di bawah ekspektasi 230.000.
Sementara itu, estimasi kedua produk domestik bruto (PDB) kuartal II menunjukkan pertumbuhan 3,3%, lebih tinggi dari estimasi awal 3%.
Baca Juga: Nvidia Siapkan Chip AI Baru untuk Pasar China, Lebih Canggih dari H20
Fokus berikutnya tertuju pada data Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang akan dirilis Jumat. Jika inflasi menunjukkan kenaikan, ekspektasi pemangkasan suku bunga bisa berkurang.
Selain itu, pidato Gubernur The Fed Christopher Waller juga dinantikan pada Kamis. Waller dikenal berpandangan dovish dan disebut-sebut sebagai salah satu kandidat pengganti Jerome Powell tahun depan.
Namun, ketidakpastian terkait independensi bank sentral masih menyelimuti pasar setelah Presiden AS Donald Trump awal pekan ini berupaya memberhentikan Gubernur The Fed Lisa Cook.
Baca Juga: Astra Life Sebut Ketidakpastian Pasar Jadi Tantangan Penjualan Unitlink
Di sisi lain, saham CrowdStrike anjlok 3,4% usai merilis proyeksi pendapatan kuartal III yang lemah. Dollar General naik 4,7% setelah menaikkan proyeksi tahunan, sementara Hormel Foods merosot 10,4% akibat perkiraan laba kuartalan yang meleset dari ekspektasi.