Sumber: Yahoo News | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar mengenai pengiriman tentara Korea Utara ke Rusia untuk mendukung upaya perang melawan Ukraina mengundang perhatian global.
Laporan menunjukkan bahwa hingga 100.000 tentara Korea Utara dapat dikerahkan ke Rusia dalam setahun, sebuah langkah yang tidak hanya memicu pertanyaan terkait motif geopolitik, tetapi juga dampak ekonomi serta nasib para tentara yang terlibat.
Rencana Pengiriman 100.000 Tentara Korea Utara
Berdasarkan pernyataan dari Dmytro Ponomarenko, Duta Besar Ukraina untuk Korea Selatan, hingga saat ini sekitar 11.000 tentara Korea Utara telah tiba di Rusia, dengan angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 15.000 dalam beberapa bulan mendatang.
Baca Juga: Rusia Geram atas Langkah Rudal AS, Bagaimana Reaksi Vladimir Putin?
Rotasi tentara setiap dua hingga tiga bulan memungkinkan total kumulatif mencapai 100.000 personel selama satu tahun.
Menurut laporan, setiap tentara dijanjikan gaji sebesar US$2.000 per bulan oleh Rusia. Namun, para analis mengungkapkan bahwa janji tersebut kemungkinan besar hanya ilusi, karena mayoritas uang akan disalurkan langsung ke tangan Kim Jong Un dan elit politik Korea Utara.
Imbalan yang Tidak Sampai ke Tentara
Para pembelot dan pengamat menyebutkan bahwa sistem ekonomi Korea Utara telah lama dikenal dengan praktik menyita pendapatan pekerja yang berada di luar negeri untuk mengisi kas negara.
Dalam hal ini, Bruce W. Bennett, seorang peneliti dari RAND Corporation, menilai bahwa aliran dana dari Rusia hampir pasti akan langsung diarahkan ke Partai Buruh Korea dan keluarga Kim.
Hyunseung Lee, mantan tentara Korea Utara yang membelot, memperkirakan para tentara tidak akan menerima kompensasi apa pun. Bahkan, keluarga tentara yang gugur di medan perang kemungkinan tidak akan menerima dukungan finansial yang memadai.
Baca Juga: Memasuki Hari ke-1.000, Perang Robot antara Rusia dan Ukraina Semakin Sengit
Motivasi Ekonomi Korea Utara
Dengan produk domestik bruto (PDB) hanya sekitar US$40 miliar, dana dari Rusia dapat memainkan peran penting dalam menopang perekonomian Korea Utara yang terpuruk. Sebagian besar dana ini diperkirakan akan dialokasikan untuk:
- Pengadaan Peralatan Militer: Penguatan sektor pertahanan, yang menyerap hingga 30% PDB Korea Utara.
- Barang Konsumsi dan Mewah: Kim Jong Un dikenal sering memberikan barang-barang mewah seperti jam tangan dan kosmetik kepada elit politiknya untuk menjaga loyalitas. Pada tahun 2024, Korea Utara dilaporkan telah mengimpor barang-barang mewah senilai US$52 juta hanya dalam delapan bulan pertama.
- Pemenuhan Kebutuhan Pangan: Sebagian pembayaran kemungkinan berupa makanan, mengingat tingkat kelaparan yang tinggi di Korea Utara.
Langkah ini dapat membantu Kim Jong Un meredam ketidakstabilan domestik dan mencegah pemberontakan besar.
Risiko Tinggi di Medan Perang
Tentara Korea Utara yang dikerahkan ke Rusia menghadapi risiko besar. Ukraina dan sekutunya menyebut mereka sebagai "korban meriam" karena kemungkinan besar menjadi target utama di medan perang.
Baca Juga: Marah, Rusia Sebut Keputusan Rudal Joe Biden Terhadap Ukraina Tindakan Gegabah
Meskipun sebagian tentara berasal dari unit elite "Korps Badai," laporan menunjukkan bahwa pelatihan tambahan yang mereka terima di Rusia sangat minim, hanya berlangsung beberapa minggu.
Para tentara juga dilaporkan kesulitan mengoperasikan peralatan militer canggih yang digunakan di Rusia, menambah risiko kegagalan mereka di medan perang.