Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pada Rabu (6/11/2024), Kremlin bereaksi dengan hati-hati setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden AS.
Kremlin mengatakan, AS masih merupakan negara yang bermusuhan dengan Rusia dan hanya waktu yang akan membuktikan apakah retorika Trump tentang mengakhiri perang Ukraina akan menjadi kenyataan.
Melansir Reuters, invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 memicu konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak krisis rudal Kuba tahun 1962 ketika Uni Soviet dan AS hampir mengalami perang nuklir.
Terpilihnya kembali Trump merupakan puncak dari kebangkitan yang luar biasa, empat tahun setelah kandidat Partai Republik itu disingkirkan dari Gedung Putih.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Trump telah membuat beberapa pernyataan penting tentang keinginannya untuk mengakhiri perang Ukraina selama masa kampanyenya. Akan tetapi, hanya waktu yang akan membuktikan apakah pernyataan itu akan menghasilkan tindakan.
"Jangan lupa bahwa kita sedang berbicara tentang negara yang tidak bersahabat, yang secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam perang melawan negara kita (di Ukraina)," kata Peskov kepada wartawan.
Peskov mengatakan bahwa ia tidak mengetahui adanya rencana Presiden Vladimir Putin untuk memberi selamat kepada Trump atas kemenangannya dan bahwa hubungan dengan Washington berada pada titik terendah dalam sejarah.
Baca Juga: Janji Donald Trump yang Harus Ditagih Setelah Menang Pemilu Presiden AS
"Kami telah berulang kali mengatakan bahwa AS mampu berkontribusi untuk mengakhiri konflik ini. Ini tidak dapat dilakukan dalam semalam, tetapi... AS mampu mengubah arah kebijakan luar negerinya. Akankah ini terjadi, dan jika demikian, bagaimana ... kita akan lihat setelah (pelantikan presiden AS pada) Januari," paparnya.
Diplomat Rusia dan AS mengatakan, hubungan antara dua kekuatan nuklir terbesar di dunia itu semakin memburuk selama Perang Dingin.
Pejabat Rusia, dari Putin hingga jajaran di bawahnya, mengatakan menjelang pemilihan bahwa tidak ada bedanya bagi Moskow siapa yang memenangkan Gedung Putih, bahkan ketika liputan media pemerintah yang dipandu Kremlin menunjukkan preferensi untuk Trump.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Moskow tidak memiliki ilusi tentang Trump.
Baca Juga: Beberapa Tokoh Masuk Daftar Musuh Donald Trump, Siapa Saja?
"Rusia akan bekerja sama dengan pemerintahan baru ketika 'bertempat tinggal' di Gedung Putih, dengan gigih membela kepentingan nasional Rusia dan berfokus pada pencapaian semua tujuan yang ditetapkan dari operasi militer khusus (di Ukraina). Kondisi kami tidak berubah dan sudah diketahui di Washington," demikian penjelasan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Kirill Dmitriev, kepala dana kekayaan kedaulatan Rusia yang berpengaruh, menyampaikan nada yang lebih lembut, dengan mengatakan Kemenangan Trump bisa menjadi peluang untuk memperbaiki hubungan.
"Ini membuka peluang baru untuk mengatur ulang hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat," tambah Dmitriev, mantan bankir Goldman Sachs yang sebelumnya pernah berhubungan dengan tim Trump.
Perang di Ukraina
Trump, 78 tahun, telah berjanji untuk segera mengakhiri perang di Ukraina, meskipun ia belum menjelaskan secara pasti bagaimana ia akan melakukannya.
Putin mengatakan bahwa ia siap untuk berunding. Akan tetapi, dia mensyaratkan klaim dan perolehan teritorial Rusia harus diterima, sesuatu yang ditolak oleh pimpinan Ukraina.
Pasukan Rusia maju dengan kecepatan tercepat dalam setidaknya satu tahun di Ukraina dan menguasai sekitar seperlima wilayah negara itu.
Itu termasuk Krimea, yang dianeksasi Moskow dari Ukraina pada tahun 2014, sekitar 80% Donbas - zona batu bara dan baja - dan lebih dari 70% wilayah Zaporizhzhia dan Kherson.
Tonton: Lengkap! Pidato Kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Terpilih AS
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan pada hari Rabu bahwa kemenangan Trump mungkin akan menjadi berita buruk bagi Ukraina, yang mengandalkan Washington sebagai pendukung militer utamanya.
"Trump memiliki satu kualitas yang berguna bagi kita: sebagai seorang pebisnis sejati, dia sangat tidak suka menghabiskan uang untuk berbagai hal yang tidak penting," kata Medvedev, yang sekarang menjadi pejabat keamanan senior.