kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham-Saham Berbasis ESG di Asia Diprediksi Rebound Tahun 2023


Jumat, 09 Desember 2022 / 17:14 WIB
Saham-Saham Berbasis ESG di Asia Diprediksi Rebound Tahun 2023
ILUSTRASI. Saham-Saham Berbasis ESG di Asia Diprediksi Rebound Tahun 2023


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perusahaan-perusahaan terbuka atau emiten di kawasan Asia sudah seharusnya semakin mengedepankan pertumbuhan berkelanjutan dengan memperhatikan kaidah Environmental, Sosial, dan Governance (ESG).

Tahun depan, saham-saham yang terkait dengan ESG diperkirakan akan menjadi primadona dan berpeluang mencatatkan rebound menurut sejumlah fund manager seperti BNP Paribas. M&G Investment dan Nikko Asset.

Investor akan lebih menyenangi saham-saham di Asia terkait dengan pembangunan berkelanjutan pelonggaran aktivitas sosial kembali diberlakukan di China. 

Baca Juga: Intip Tips Berinvestasi ala Vincent Saputra, Direktur RMK Energy (RMKE)

Para fund manager yang sudah berinvestasi dalam tema lingkungan, sosial, dan tata kelola itu memperkirakan bahwa pembangunan rantai pasokan energi terbarukan di negara ekonomi utama di Asi seperti China dan India serta transisi bisnis di kawasan regional akan semakin mendorong prospek saham emiten berbasis ESG.

Saat ini, investor masih membeli saham-saham perusahaan energi tradisional karena harga komoditas melonjak sehingga meredam permintaan saham ESG. Namun, sejumlah kebijakan yang dilakukan sejumlah negara untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan akan mendorong prospek saham ESG. 

India hingga Jepang telah berkomitmen tahun ini dalam penggunaan bahan bakar bersih dengan beralih dari batubara. 

Tema itu juga masih akan diusung tahun depan, terutama karena harga energi berbasis fosil sudah mulai mendingin dan The Fed juga akan memperlambat laju kenaikan suku bunganya. 

Baca Juga: Bakal Rights Issue, Bagaimana Komposisi Kepemilikan Saham BRIS Nantinya?

"Saham energi tradisional mengalami peningkatan sementara pada tahun 2022, tetapi agenda perubahan iklim masih menjadi yang paling menonjol di kalangan investor secara global, khususnya peralihan ke energi terbarukan dan mobilitas listrik," kata Jigar Shah, Kepala eksekutif Maybank Kim Eng Securities India dikutip Bloomberg, Jumat (9/12).

Optimisme mulai terlihat. MSCI Asia Pacific ESG Leaders Index naik 16%, mengalahkan indeks induk yang lebih luas pada bulan November setelah tujuh bulan berturut-turut tertinggal.

Menurut data 327 Fund Manager yang dianalisis BofA Securities, dana berbasis ESG yang dikelola secara aktif telah membangun eksposur Asia, menghasilkan US$ 922 juta pada bulan Oktober, terbesar dalam enam bulan terakhir.

Saham energi bersih termasuk di antara sedikit yang menonjol di pasar AS tahun ini. Dana yang diperdagangkan di bursa Invesco Solar mencapai US$ 2,7 miliar, telah naik 2%. Sedangkan S&P 500 tercatat turun 17,5% dan Indeks Komposit Nasdaq turun 30% ketika pembatasan Covid mereda.

Baca Juga: GOTO Sudah Kantongi Izin untuk Gelar Private Placement, Kapan akan Direalisasikan?

Perusahaan-perusahaan yang merupakan bagian dari rantai pasokan nikel Indonesia disukai oleh Nikko Asset dan JPMorgan Asset Management karena negara tersebut mengembangkan cadangan bahan baterainya dan berencana untuk mensubsidi mobil listrik. 

"Semakin banyak, pembuat mobil dari seluruh dunia berinvestasi untuk mengamankan pasokan hulu bahan mentah di Indonesia dan diharapkan dapat mengembangkan industri hilir di sana,” kata Peter Monson, manajer portofolio di Nikko Asset Management Asia.

Manajer dana M&G Vikas Pershad mendukung pembuat semen India yang berusaha membuat bisnis mereka kurang intensif energi. Investor dalam saham semacam itu masih menghadapi risiko yang signifikan. Perlambatan ekonomi di Barat dapat memukul pasar ekuitas secara global tahun depan. 




TERBARU

[X]
×