kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.487.000   72.000   2,98%
  • USD/IDR 16.610   15,00   0,09%
  • IDX 8.238   149,11   1,84%
  • KOMPAS100 1.145   25,73   2,30%
  • LQ45 820   23,58   2,96%
  • ISSI 290   4,46   1,56%
  • IDX30 429   13,21   3,18%
  • IDXHIDIV20 487   16,89   3,59%
  • IDX80 127   2,85   2,30%
  • IDXV30 135   1,26   0,95%
  • IDXQ30 136   4,84   3,69%

Sanae Takaichi Terpilih Jadi PM Wanita Pertama Jepang, Siap Hidupkan Abenomics


Selasa, 21 Oktober 2025 / 16:39 WIB
Sanae Takaichi Terpilih Jadi PM Wanita Pertama Jepang, Siap Hidupkan Abenomics
ILUSTRASI. Newly-elected Liberal Democratic Party (LDP) leader Sanae Takaichi celebrates after winning the LDP leadership election in Tokyo, Japan, October 4, 2025. REUTERS/Kim Kyung-Hoon


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Politikus konservatif garis keras Sanae Takaichi resmi terpilih sebagai Perdana Menteri perempuan pertama Jepang, Selasa (21/10/2025).

Kemenangan Takaichi menandai momen bersejarah yang memecahkan dominasi laki-laki dalam politik Jepang sekaligus membuka babak baru dengan pergeseran arah politik ke kanan.

Takaichi dikenal sebagai murid ideologis mantan Perdana Menteri Shinzo Abe dan pengagum mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher.

Baca Juga: Mantan Presiden Prancis Jalani Hukuman Penjara 5 Tahun atas Skandal Dana Kampanye

Ia diperkirakan akan menghidupkan kembali kebijakan ekonomi bergaya Abenomics, yakni stimulus fiskal besar untuk mendorong ekonomi Jepang yang stagnan dan menghadapi tekanan inflasi.

Namun, kemenangan Takaichi juga dinilai akan membawa perubahan tajam dalam isu imigrasi dan pertahanan, sejalan dengan pergeseran politik konservatif yang tengah menguat di berbagai negara.

Dalam pemungutan suara di parlemen Jepang, Takaichi memperoleh 237 suara di majelis rendah dari total 465 kursi, dan kemudian menang dengan hasil serupa di majelis tinggi.

Baca Juga: MPOC: Harga CPO Diproyeksi Bertahan di Atas US$ 1.042 per Ton hingga 2026

Koalisi Baru dengan Partai Ishin

Kemenangan Takaichi didukung oleh kesepakatan antara Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa dengan Japan Innovation Party (Ishin), partai kanan yang baru bergabung dalam koalisi.

Kedua partai kini hanya terpaut dua kursi dari mayoritas di parlemen, yang berarti Takaichi masih harus merangkul partai oposisi lain untuk menjalankan pemerintahan secara efektif dan mengamankan persetujuan anggaran tambahan.

“Dua partai itu belum memiliki mayoritas di kedua kamar. Untuk memastikan stabilitas pemerintahan dan mengendalikan komite kunci parlemen, mereka perlu menguasai lebih dari separuh kursi,” kata Tadashi Mori, profesor politik dari Universitas Aichi Gakuin.

Baca Juga: Korea Selatan Berambisi Jadi Kekuatan Pertahanan ke-4 Terbesar Dunia pada 2030

Koalisi Lama Pecah Setelah 26 Tahun

Kebangkitan partai-partai kanan kecil seperti Sanseito Party telah memperlemah posisi LDP. Koalisi lama LDP dengan partai moderat Komeito juga resmi berakhir bulan ini, setelah Komeito menolak kepemimpinan Takaichi yang dinilai terlalu konservatif.

“Sejak wafatnya mantan PM Abe, politik nasional cenderung bergeser ke kiri. Kami berharap Takaichi dapat mengembalikannya ke posisi tengah-kanan,” ujar Ketua Sanseito Sohei Kamiya kepada NHK.

“Kami tidak segan mengkritik jika diperlukan, tetapi akan menjaga hubungan kerja yang baik.”

Baca Juga: Langit-Langit Kaca Pecah: Jepang Segera Miliki PM dan Menkeu Perempuan Pertama

“Takaichi Trade” Angkat Bursa Jepang

Kebijakan ekonomi Takaichi yang pro-stimulus memicu fenomena “Takaichi trade” di pasar saham Jepang, mendorong indeks Nikkei mencetak rekor tertinggi baru pada Selasa.

Namun, langkah tersebut juga menimbulkan kekhawatiran investor terhadap kemampuan Jepang membiayai stimulus tambahan, mengingat rasio utang terhadap PDB negara itu sudah sangat tinggi.

Nilai yen dan harga obligasi pun melemah menyusul ekspektasi kebijakan fiskal ekspansif.

Menurut Mori, kebijakan semacam Abenomics bisa kontraproduktif di tengah inflasi saat ini.

“Stimulus besar di era inflasi justru berisiko memperlemah yen lebih jauh,” ujarnya.

Jepang kini dibebani kenaikan harga akibat depresiasi yen, yang meningkatkan biaya impor bahan pangan hingga energi.

Tekanan harga ini, ditambah upah riil yang stagnan, telah memicu ketidakpuasan publik dan memperkuat dukungan terhadap kelompok oposisi kanan.

Baca Juga: Dari Tokyo ke Shanghai, Sentimen Positif Dagang Bawa Bursa Asia ke Level Tertinggi

Fokus pada Pertahanan dan Konstitusi

Dalam kampanye kepemimpinannya, Takaichi menegaskan pertahanan dan keamanan nasional sebagai prioritas utama.

Ia berjanji akan meningkatkan anggaran militer serta memperdalam kerja sama keamanan dengan Amerika Serikat dan mitra regional lainnya.

Kerap berkunjung ke Kuil Yasukuni, simbol kontroversial masa perang Jepang Takaichi juga menyerukan amandemen konstitusi pascaperang agar Jepang dapat secara resmi mengakui keberadaan pasukan militernya.

Kabinet baru Takaichi akan diumumkan dalam waktu dekat. Salah satu sekutunya, Satsuki Katayama, disebut-sebut akan menjabat sebagai menteri keuangan perempuan pertama Jepang.

Takaichi dijadwalkan disumpah sebagai Perdana Menteri ke-104 Jepang pada Selasa malam, menggantikan Shigeru Ishiba yang mundur bulan lalu setelah partainya menderita kekalahan dalam pemilu.

Selanjutnya: Dolar AS Kuat, Harga Emas dan Kurs Spot Rupiah Melemah Hari Ini (21/10)

Menarik Dibaca: Blibli Hadirkan The Blibli Match: Padel Series, Total Hadiah Rp 600 Juta




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×