Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - KYIV. Serangan rudal dan drone Rusia kembali mengguncang Ukraina pada Jumat malam, menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai 37 lainnya, termasuk lima anak-anak.
Kementerian Dalam Negeri Ukraina melaporkan bahwa serangan tersebut menargetkan kota Dobropillia di timur Ukraina serta sebuah permukiman di wilayah Kharkiv.
Serangan di Dobropillia: Kerusakan Besar dan Korban Jiwa
Pasukan Rusia melancarkan serangan terhadap Dobropillia dengan rudal balistik, roket ganda, dan drone, menghancurkan delapan bangunan bertingkat dan 30 kendaraan. Akibatnya, 11 warga tewas, termasuk lima anak-anak, sementara 30 lainnya mengalami luka-luka.
Serangan terhadap infrastruktur sipil ini semakin memperparah penderitaan warga setempat, yang sebelumnya telah menghadapi dampak perang berkepanjangan.
Dobropillia, yang sebelum perang dihuni sekitar 28.000 orang, terletak di wilayah Donetsk, hanya 22 kilometer dari garis depan di utara Pokrovsk, kota strategis yang menjadi sasaran serangan Rusia selama beberapa pekan terakhir.
Baca Juga: Tanggapi Rencana Militerisasi Uni Eropa, Rusia Bakal Ambil Tindakan
Selain serangan di Dobropillia, tiga warga sipil tewas dan tujuh lainnya terluka akibat serangan drone Rusia di wilayah Kharkiv. Wilayah ini telah menjadi sasaran gempuran berulang kali, mengingat posisinya yang strategis di timur laut Ukraina.
Reaksi dari Presiden Zelenskiy
Menanggapi serangan ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengutuk tindakan Rusia dan menyerukan peningkatan pertahanan udara serta sanksi ekonomi yang lebih ketat terhadap Moskow.
"Serangan semacam ini menunjukkan bahwa tujuan Rusia tidak berubah. Oleh karena itu, sangat penting untuk terus melakukan yang terbaik demi melindungi nyawa, memperkuat pertahanan udara, dan meningkatkan sanksi terhadap Rusia. Segala hal yang membantu Putin membiayai perang ini harus dihentikan," tulis Zelenskiy di Facebook.
Baca Juga: Hubungan dengan AS Makin Mesra, Rusia Tunjuk Diplomat Kawakan sebagai Dubes Amerika
Serangan terbaru ini terjadi sehari setelah Amerika Serikat menghentikan sementara berbagi intelijen dengan Ukraina, sebuah langkah yang dapat semakin melemahkan pertahanan udara Ukraina.
Para analis militer memperingatkan bahwa tanpa bantuan intelijen AS, Ukraina akan semakin kesulitan melacak dan menanggapi serangan rudal dan drone secara efektif. Selain itu, stok rudal canggih yang semakin menipis juga memperburuk situasi.
Ukraina dan Rusia Terus Bertempur
Meskipun ada upaya diplomasi dari AS untuk membawa Kyiv dan Moskow ke meja perundingan, kedua belah pihak masih terus melakukan serangan untuk memperoleh keunggulan militer.
Di pihak Ukraina, serangan drone besar-besaran dilakukan terhadap kilang minyak Kirishi di Rusia, yang dioperasikan oleh Surgutneftegaz. Seorang pejabat Rusia mengonfirmasi bahwa serangan tersebut menyebabkan kerusakan pada salah satu tangki penyimpanan minyak.
Di sisi lain, pasukan Rusia meningkatkan upaya untuk mengusir tentara Ukraina dari wilayah perbatasan Kursk, di mana pasukan Kyiv sempat melakukan serangan kilat dan merebut sebagian wilayah Rusia pada Agustus lalu. Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah merebut kembali tiga desa di wilayah Kursk dari tangan pasukan Ukraina.
Sejauh ini, laporan terkait perkembangan medan perang masih belum dapat diverifikasi secara independen oleh pihak ketiga.