Reporter: Dina Farisah | Editor: Tri Adi
Meski diakui sesama penghuni Wall Street sebagai salah satu fund manager andal, Dirk Ziff pernah mengalami kegagalan. Keputusan Dirk mengakuisisi Queensland Energy di Australia pada 2004 senilai US$ 12 miliar berujung pada kerugian investasi. Pasalnya, proyek minyak dan gas (migas) itu ditentang berbagai pihak karena dianggap merusak lingkungan. Ujungnya, pemerintah setempat memberlakukan moratorium selama 20 tahun terhadap proyek itu.
Sukses sebagai pebisnis pengelolaan investasi (hedge fund), Dirk Ziff bersama dua saudara kandungnya mengembangkan bisnis ke berbagai sektor. Trio kakak beradik ini pernah menjajal peruntungan di sektor minyak dan gas (migas).
Pada tahun 2004, Dirk Ziff, Daniel Ziff dan Robert Ziff memegang kendali atas Queensland Energy Resources Ltd. Berdasarkan Australian Financial Review, Ziff bersaudara berusaha untuk mengembangkan proyek minyak Australia senilai US$ 12 miliar.
Dalam perjalanannya, Queensland Energy mengakuisisi proyek dari Southern Pacific Minerals NL yakni Stuart Oil Shale Project pada tahun 2004 dengan harga miring US$ 40 juta. Harga tersebut tergolong murah karena setidaknya ada 5 miliar barel minyak yang terkandung di dalamnya.
Dan, kala itu, harga minyak masih berada di level US$ 50 per barel. Namun, mega proyek ini tidak semulus yang dibayangkan. Ziff bersaudara harus menemui aral melintang.
Menurut laporan WikiLeaks, lebih dari 20.000 orang dari kalangan bisnis, operator pariwisata, departemen dan lembaga lingkungan serta sejumlah masyarakat menentang keras kelanjutan proyek ini. Pertentangan ini tidak main-main karena juga melibatkan sekelompok aktivis penggiat lingkungan, Greenpeace.
Mereka menuntut agar para pemangku kepentingan Ziff Brothers Investments menghentikan proses pengolahan (ekstrasi) minyak yang tidak ramah lingkungan ini. Asal tahu saja, Stuart Oil Shale Project yang dioperasikan oleh Southern Pacific Petroleum (SPP) merupakan upaya percobaan untuk memproduksi minyak dari batuan serpih.
Proses pengolahan ini memiliki masalah lingkungan yang signifikan, seperti melepaskan zat kimia dioxin yang sangat beracun dan berpotensi membuat warga setempat sakit dengan menghirup uap berbahaya. Bahkan, Greenpeace menyebutkan keluhan penduduk setempat yang tidak dapat menolerir bau yang tidak sedap selama proses pengolahan.
Memang, efek rumah kaca dari produksi minyak serpih hampir empat kali lebih tinggi dari dari minyak normal. Tapi, SPP mengklaim teknologi mereka bisa mengurangi polusi rumah kaca 5% di bawah minyak normal.
Semula, Queensland Energy dijadwalkan untuk menyelesaikan studi awal dalam pengembangan kemungkinan proyek dalam waktu enam bulan. Namun, dengan adanya demonstrasi massal, jadwalnya molor.
Dirk yang berada di New York pun terpaksa turun tangan dan bertemu dengan Pemerintah Queensland, Australia untuk membahas perkembangan proyek. Awalnya, mega proyek yang terletak dekat Great Barrier Reef Marine Park akan direlokasi.
Tapi, polemik yang berkepanjangan akhirnya membuat Pemerintah Queensland menutup proyek ini pada 2008. Pemerintah meminta Ziff bersaudara untuk meningkatkan teknologi dalam pengolahan ekstrak minyak serpih.
Menurut pemerintah setempat, proyek ini tidak bertanggung jawab dari aspek lingkungan dan membawa dampak negatif bagi warga sekitar. Saluran air diprediksi akan tercemar dari limbah yang dihasilkan dan berpotensi merusak lingkungan dalam skala besar. Pemerintah membekukan proyek itu selama 20 tahun.
Keputusan ini memberikan kerugian telak pada Dirk. Namun, Dirk terbukti piawai melobi para petinggi politik. Dir berhasil melobi Campbell Newman yang terpilih menjadi pemimpin Queensland pada 2012. Dia mencabut moratorium Stuart Oil Shale Project. Setelah sempat merugi di bisnis migas, kini proyek tersebut sudah memasuki produksi komersial.
(Bersambung)