kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Sengketa China-Jepang, pukulan bagi ekonomi global


Senin, 17 September 2012 / 05:30 WIB
Sengketa China-Jepang, pukulan bagi ekonomi global
ILUSTRASI. Close up of hands charging mobile phone


Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BEIJING. Sengketa wilayah antara China dan Jepang kian memburuk. Apalagi setelah Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda meminta pemerintah China untuk memastikan keselamatan warga Jepang di Negeri Panda itu.

Sebelumnya dilaporkan, aksi demonstrasi besar-besaran meletus di sejumlah kota besar China terkait sengketa pulau. Sebut saja Beijing, Shanghai, dan Guangzhou. Mereka menuntut agar pemerintah menunjukkan kedaulatan China dan menyerukan untuk memboikot produk-produk Jepang.

Aksi ini juga diwarnai kekerasan di mana massa China merusak sejumlah properti milik warga Jepang. Beberapa contoh adalah perusakan kantor Toyota Motor Corp dan Panasonic Corp. Di kota Shenzen, pihak kepolisian harus menggunakan gas air mata serta water cannons untuk menghentikan massa melakukan penjarahan di sebuah department store milik Jepang.

"Saya meminta dengan sangat pemerintah China memastikan keamanan warga Jepang di China," demikian pernyataan Noda kemarin (16/9) seperti yang disiarkan NHK dalam program "Debat Minggu".

Ketegangan antara dua negara dengan perekonomian besar di Asia ini memang semakin memuncak setelah pemerintahan Noda menyatakan pada pekan lalu niatannya untuk membeli pulau sengketa dari perusahaan swasta asal Jepang. Hal ini mendorong China untuk menyiagakan kapal perang milik pemerintah dekat pulau yang dinamakan Senkaku oleh Jepang dan Diaoyu oleh China itu.

Sengketa tersebut muncul karena kedua negara tegah bergulat dengan perlambatan ekonomi global. Sedangkan China saat ini tengah mempersiapkan suksesi kepemimpinan yang dilakukan sekali dalam satu dekade.

"Ini merupakan pukulan lain bagi perekonomian global. Biaya kerugian yang harus ditanggung China mungkin sedikit. Namun, tidak demikian halnya dengan Jepang yang perekonomiannya sangat tergantung dari industri otomotif," jelas Andy Xie, mantan chief Asia economist Morgan Stanley.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×