Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BERLIN/SHANGHAI/BRUSSELS. Brussels menolak usulan pemerintah China agar kendaraan listrik (electric vehicle/EV) impor buatan China dijual dengan harga minimum 30.000 euro (US$ 32.946).
Hal tersebut diungkapkan oleh tiga sumber Reuters yang mengetahui detail permasalahan ini.
Melansir Reuters, Komisi Eropa mengatakan telah menolak tawaran harga minimum dari produsen kendaraan listrik di China sebulan lalu sebagai bagian dari investigasi anti-subsidi yang telah menyeret Beijing dan Uni Eropa ke dalam sengketa perdagangan terbesar mereka dalam satu decade terakhir.
Rincian khusus tentang kompromi yang ditawarkan dalam negosiasi antara keduanya belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut menolak disebutkan namanya karena rinciannya bersifat rahasia.
Kementerian Perdagangan China dan Komisi Eropa tidak segera menanggapi permintaan komentar yang dilayangkan Reuters. Komisi Eropa sebelumnya juga menolak mengomentari negosiasi.
Berdasarkan data tahun 2023 dari perusahaan data JATO Dynamics, Harga rata-rata mobil listrik kurang dari setengah harga di China dibandingkan di Eropa dan Amerika Serikat.
Produsen mobil di negara itu diuntungkan oleh berbagai keunggulan biaya - mulai dari akses lokal ke bahan baku dan baterai, hingga subsidi besar dari pemerintah Beijing.
Baca Juga: Aksi Balasan Tiongkok: China Kenakan Tarif pada Brendi Uni Eropa
Harga eceran rata-rata mobil listrik bertenaga baterai di Tiongkok adalah sekitar 32.000 euro (US$ 35.126,40) pada paruh pertama tahun 2023, termasuk model seperti Seagull BYD yang dijual dengan harga di bawah 10.000 euro.
Sebaliknya, harga eceran rata-rata mobil listrik bertenaga baterai di Eropa adalah 66.000 euro, menurut data JATO.
Sebagian besar model yang lebih murah yang sedang dikembangkan - dengan harga sekitar 20.000 euro - tidak akan dipasarkan hingga paling cepat tahun 2025, dengan Volkswagen menargetkan kendaraan seharga 20.000 euro pada tahun 2027.
Dalam penolakan terhadap usulan Tiongkok, Brussels mengatakan pada saat itu bahwa yang menjadi masalah bukan hanya harga yang dibebankan produsen mobil untuk kendaraan listrik buatan Tiongkok, tetapi juga subsidi yang mereka terima untuk memproduksinya dan menghilangkan dampak dari pembayaran dukungan tersebut.
Baca Juga: Pengaruh Jerman di Uni Eropa Mulai Memudar, Ini Tanda-tandanya