Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - LONDON. Serangan pasukan Ukraina di wilayah Kursk, Rusia, menguji keberanian para prajurit wajib militer muda.
Salah satu kisah yang mencuat adalah Husain, seorang prajurit wajib militer berusia 21 tahun.
Sebelum ditangkap oleh Ukraina, ia sempat menghubungi istrinya, Liana, dan meyakinkannya bahwa situasi di sana baik-baik saja, meskipun wilayah tersebut berada hanya 15 km dari perbatasan Ukraina.
Pada 4 Agustus, Husain memberi tahu istrinya bahwa keadaan di kampnya tenang, hanya terdengar suara drone di atas kepala. Namun, dua hari kemudian, serangan besar-besaran pasukan Ukraina di Kursk mengubah segalanya.
Baca Juga: Rusia Tawarkan Bonus Rp 357,3 juta kepada Warga Moskow untuk Berperang di Ukraina
Ribuan pasukan Ukraina menerobos perbatasan, memicu pertempuran sengit yang menyebabkan banyak prajurit Rusia tewas atau tertangkap.
Selama tiga minggu, Liana tidak mendengar kabar dari suaminya. Hingga akhirnya, pada hari Minggu, Husain menghubunginya dari sebuah rumah sakit di Moskow. Dia menceritakan bahwa hanya dia dan dua wajib militer lainnya yang selamat dari serangan tersebut.
Serangan Ukraina ini telah memicu kembali perdebatan di Rusia mengenai penggunaan prajurit wajib militer yang masih muda dan minim pengalaman dalam pertempuran.
Meskipun Presiden Vladimir Putin pernah menyatakan bahwa prajurit wajib militer tidak akan dikirim ke medan perang, kenyataannya berbeda.
Baca Juga: Rusia Perintahkan Evakuasi 20.000 Warga Lagi Saat Serangan Ukraina Berlanjut
Beberapa laporan mengungkapkan bahwa ratusan wajib militer telah dikerahkan ke Kursk untuk mempertahankan wilayah dari serangan Ukraina.
Banyak dari mereka tewas atau ditangkap, termasuk dua wajib militer muda yang kisahnya telah dikonfirmasi oleh keluarga mereka di media sosial.
Kelompok-kelompok sipil di Rusia juga menyuarakan kekhawatiran mengenai tekanan yang dihadapi para wajib militer untuk menandatangani kontrak sebagai prajurit profesional.
Aleksey Tabalov, pendiri kelompok pendukung hukum Shkola Priziyvnika, menyatakan bahwa banyak dari mereka yang dikirim ke Kursk hanya menerima sedikit pelatihan militer dan tidak diperlengkapi untuk bertempur.
Baca Juga: Ukraina Kehabisan Rudal Untuk Menangkis Serangan Rusia
Di sisi lain, Kremlin melalui juru bicaranya, Dmitry Peskov, menyebut laporan tentang wajib militer yang dikirim ke Kursk sebagai "distorsi realitas" dan menolak untuk memberikan komentar lebih lanjut.
Sementara itu, komandan militer di Kursk, Mayor Jenderal Apti Alaudinov, menegaskan bahwa semua prajurit, termasuk wajib militer muda, harus siap bertempur dan tidak boleh dianggap sebagai anak-anak.
Namun, para analis militer berpendapat bahwa prajurit-prajurit ini belum siap menghadapi pasukan Ukraina yang berpengalaman.
Baca Juga: Sumpah Putin: Bakal Temukan Dalang Serangan Gedung Konser Moskow
Dengan situasi yang semakin memburuk, beberapa ahli menyarankan agar prajurit wajib militer Rusia yang ditangkap segera menyerah demi keselamatan mereka.