kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   1.000   0,05%
  • USD/IDR 16.212   -17,00   -0,10%
  • IDX 6.865   -12,86   -0,19%
  • KOMPAS100 999   -3,55   -0,35%
  • LQ45 764   -2,07   -0,27%
  • ISSI 226   -1,00   -0,44%
  • IDX30 393   -1,12   -0,29%
  • IDXHIDIV20 455   -0,68   -0,15%
  • IDX80 112   -0,32   -0,28%
  • IDXV30 114   0,03   0,02%
  • IDXQ30 127   -0,74   -0,58%

Si miliarder yang pernah gagal di bisnis travel (2


Rabu, 16 November 2016 / 11:34 WIB
Si miliarder yang pernah gagal di bisnis travel (2


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tri Adi

Siapa sangka ternyata bisnis maskapai penerbangan membawa berkah bagi Rahul Bhatia. Pemilik maskapai murah IndiGo ini berhasil mengumpulkan harta hingga US$ 3,5 miliar meski sempat gagal dalam berbisnis travel. Peruntungan Rahul di bisnis IndiGo diawali dengan kegagalan berbisnis teknologi telepon seluler Nortel dan agen perjalanan Delhi Express. Gagal dalam berbisnis bahkan sempat memaksa Rahul banting setir menjadi dosen.  

Rahul Bhatia kini menyandang status sebagai salah satu konglomerat sukses di India. Dia berhasil membesarkan perusahaan yang ia dirikan bersama sang ayah, InterGlobal Enterprise, yang menggurita ke berbagai lini usaha.

Sejatinya, bisnis berbau perjalanan menjadi berkah bagi Rahul. Kendati demikian, bisnis perjalanan ternyata bukanlah mimpi yang dia idamkan.

Berasal dari keluarga yang berkecukupan, pendidikan bukanlah sesuatu yang sulit diakses oleh Rahul. Perpaduan antara kemampuan yang mumpuni dan sokongan dana dari sang ayah, Kapil Bhatia, mengantarnya mengenyam pendidikan tinggi di Amerika Serikat (AS).

Lulus dalam bidang teknik, Rahul memutuskan untuk langsung pulang ke negara asalnya di India. Ketika menginjak Tanah Air, Rahul enggan bergabung di perusahaan milik ayahnya di bidang agen perjalanan.

Rahul bersikeras untuk merintis perusahaan di bidang telekomunikasi. Ia pun mendirikan Nortel, sebuah startup yang mengembangkan teknologi di telepon selular.

Tapi, bisnis Nortel tak bertahan lama. Campur tangan Pemerintah India saat itu yang bersikap anti asing, termasuk dalam bidang teknologi, membuat bisnis Rahul tak berkembang. Kegagalan ini sempat membuat Rahul terpuruk. Ia pun sempat memiliki keinginan untuk banting setir.

Berbekal ilmu dan pengalaman yang ia dapatkan, Rahul memutuskan untuk menjadi seorang dosen di sebuah perguruan tinggi. Meski menyukai profesi barunya, namun status sebagai dosen pun ternyata tak lama dijalankannya.

Rahul terpaksa mengambil keputusan emosional untuk kembali berbisnis. Kala itu, Rahul memilih untuk bergabung dengan perusahaan travel yang didirikan ayahnya, Delhi Express.

Asal tahu saja, Delhi Express didirikan ayahnya bersama sembilan mitra lainnya pada 1964 silam. Karena kondisi kesehatan sang ayah semakin mengkhawatirkan, Rahul harus menggantikan posisi ayahnya yang masih memiliki saham di perusahaan tersebut.

Kenyataan pahit ternyata belum mau pergi dari diri Rahul. Tanpa sepengetahuan Rahul dan ayahnya, ternyata beberapa mitra bisnis di Delhi Express telah memperbesar kepemilikan saham secara rahasia.

Merasa dikhianati dan sakit hati, Rahul dan ayahnya memutuskan untuk hengkang dari Delhi Express 1988. Setelah melepaskan diri dari Delhi Express, Rahul dan ayahnya harus mencari sumber bisnis baru.

Pernah memiliki pengalaman bekerja juga di perusahaan teknologi raksasa IBM, Rahul menjajal peruntungan di bisnis teknologi. Berbekal sisa uang sebesar US$ 37.000, Rahul mendirikan perusahaan baru di bidang teknologi bernama InterGlobe pada 1989.

Bergerak di segmen informasi teknologi, Rahul mengincar klien dari sektor bisnis perjalanan yang dekat dengan pengalaman bisnis. Rahul membidik agen perjalanan, transportasi, sampai perhotelan.

Sebagai perusahaan baru, ada sederet tantangan yang harus dihadapi. Berkat pengalaman sang ayah yang memiliki koneksi kuat dengan para pengusaha di bidang travel, lambat laun jumlah klien InterGlobe terus bertambah.

InterGlobe pun mulai berhasil menarik beberapa mitra besar. Misalnya saja perusahaan reservasi penerbangan Galileo International yang memberikan izin franchise kepada Rahul. Keduanya pun membentuk perusahaan joint venture pada 1999.

Semakin membesar, InterGlobe ekspansi ke berbagai sektor. Berawal dari bisnis teknologi agen perjalanan, kini Rahul mengoperasikan bisnis maskapai penerbangan, perhotelan, sampai sekolah penerbangan.                   

(Bersambung)




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×