Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Bloomberg memenangkan masa jabatan kedua pada 2005. Setelah berhasil merancang perubahan dalam hukum kota, ia terpilih untuk masa jabatan ketiga, kali ini sebagai kandidat independen di pemilihan 2009.
Selama menjabat sebagai walikota, Bloomberg fokus pada peningkatan sistem sekolah umum kota yang bermasalah dan merevitalisasi kawasan industri.
Dia adalah salah satu politisi AS pertama yang memaksakan pembatasan merokok, dengan menerapkan larangan merokok di kantor-kantor dan dan restoran. Dia mendapat cemoohan dari kaum konservatif karena berusaha membatasi jumlah soda yang dijual di New York City.
Dalam Pemilihan Presiden AS 2016, Bloomberg mendukung kandidat Demokrat Hillary Clinton melawan Trump dari Republik. Dia sejak itu mencela Partai Republik di Kongres sebagai "benar-benar lemah" karena gagal melakukan pengawasan terhadap Presiden Trump.
Pada 2018, Bloomberg menyumbangkan lebih dari US$ 90 juta kepada para kandidat anggota Kongres. Menurut OpenSecrets.org, ia adalah donor individu terbesar kedua bagi para kandidat dalam pemilihan itu.
Tujuannya memberikan sumbangan itu, Bloomberg mengatakan kepada Reuters, untuk membantu Demokrat mendapatkan mayoritas suara di Dewan Perwakilan Rakyat. "Saya tidak pernah berpikir bahwa publik dilayani dengan baik ketika satu pihak sepenuhnya dari kekuasaan, dan saya pikir satu setengah tahun terakhir telah menjadi bukti akan hal itu," kata dia.
Seorang dermawan
Bloomberg juga telah menjadi pendukung aktif terhadap pengawasan senjata di AS. Dia satu dari 15 wali kota AS yang mendirikan kelompok advokasi Everytown for Gun Safety pada 2006 untuk mendesak reformasi undang-undang senjata.
Ia juga memberikan sumbangan besar kepada organisasi lingkungan, dan sebagai wali kota New York mendesak kebijakan energi bersih.
Bloomberg juga terkenal sebagai seorang dermawan. Ia dan yayasan amalnya, Bloomberg Philanthropies, telah menyumbang sekitar US$ 1,5 miliar kepada almamaternya, John Hopkins, untuk perluasan fasilitas dan program penelitian medis.
Kini, ia mencoba membawa kisah sukses ke level yang lebih besar, dengan maju sebagai kandidat Presiden AS untuk menantang Trump.
"Dia (Trump) mewakili ancaman eksistensial terhadap negara kita dan nilai-nilai kita. Jika dia memenangkan masa jabatan lainnya, kita mungkin tidak akan pernah pulih dari kerusakan," tegas Bloomberg.
Kisah sukses Trump