CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.396.000   10.000   0,72%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Signature, SVB, dan Silvergate Ambruk, Begini Dampaknya Bagi Mata Uang Kripto


Rabu, 15 Maret 2023 / 19:06 WIB
Signature, SVB, dan Silvergate Ambruk, Begini Dampaknya Bagi Mata Uang Kripto
ILUSTRASI. Ilustrasi SVB (Silicon Valley Bank). REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perekonomian Amerika Serikat (AS) dibayangi oleh tiga bank yang gagal dalam kurung waktu satu minggu terakhir. Silvergate dan Signature merupakan dua bank utama untuk perusahaan kripto. Sementara Silicon Valley Bank memiliki banyak startup kripto dan modal ventura sebagai nasabah utamanya, mengutip CNBC pada Rabu (15/3). 

Setelah mendapatkan tekanan, harga mata uang kripto menguat pada Minggu malam setelah pemerintah federal turun tangan untuk menyediakan backstop bagi deposan di dua bank itu. Peristiwa tersebut memicu ketidakstabilan di pasar stablecoin.

Silvergate Capital tercatat sebagai pemberi pinjaman utama untuk industri kripto, mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka akan menghentikan operasi dan melikuidasi banknya. Silicon Valley Bank (SVB) yang juga pemberi pinjaman utama untuk startup, ambruk pada hari Jumat setelah deposan menarik dana lebih dari US$42 miliar.

Aksi penarikan itu terjadi menyusul pernyataan (SVB) pada hari Rabu yang menyebutkan perlu mengumpulkan dana senilai US$ 2,25 miliar untuk menopang neraca keuangannya. Signature, yang juga memiliki fokus kripto yang kuat tetapi jauh lebih besar dari Silvergate, disita pada Minggu malam oleh regulator perbankan.

Baca Juga: Kejaksaan AS Selidiki Runtuhnya Silicon Valley Bank

Menurut Nic Carter dari Castle Island Ventures, kesediaan pemerintah untuk mendukung kedua bank menandakan bahwa pemerintah kembali menyediakan likuiditas, bukan pengetatan. Juga dinilai sebagai kebijakan moneter yang longgar secara historis terbukti menguntungkan mata uang kripto dan kelas aset spekulatif lainnya.

Tetapi ketidakstabilan kembali menunjukkan kerentanan stablecoin. Stablecoin seharusnya dipatok dengan nilai aset dunia nyata, seperti dolar AS atau komoditas seperti emas. 

Sementara itu, regulator telah memperhatikan stablecoin dalam beberapa minggu terakhir. Stablecoin yang dipatok dolar Binance, BUSD, mengalami arus keluar besar-besaran setelah regulator New York dan Securities and Exchange Commission memberikan tekanan pada penerbitnya, Paxos.

Selama akhir pekan, kepercayaan pada sektor ini kembali terpukul karena USDC yakni stablecoin yang dipatok dolar AS paling likuid kedua. Lantaran mengalami penurunan 87 sen pada satu titik pada hari Sabtu setelah penerbitnya, Circle, mengaku memiliki dana sebesar US$ 3,3 miliar yang disimpan di SVB. 

Dalam ekosistem aset digital, Circle telah cukup terpercaya sehingga mampu mengumpulkan dana senilai US$ 850 juta dari investor seperti BlackRock dan Fidelity dan telah lama mengatakan berencana untuk go public.

Baca Juga: Gara-Gara SVB, Warren Buffett Diprediksi Rugi Besar Rp 122,7 Triliun!

Pada hari Sabtu, beberapa trader mulai menukar USDC dan DAI mereka dengan Tether, stablecoin terbesar di dunia dengan nilai pasar lebih dari US$ 72 miliar. 

Pasar stablecoin mulai pulih pada Minggu malam setelah Circle merilis posting blog yang mengatakan bahwa mereka akan menutupi kekurangan menggunakan sumber daya perusahaan. 




TERBARU
Kontan Academy
[ntensive Boothcamp] Business Intelligence with Ms Excel Sales for Non-Sales (Sales for Non-Sales Bukan Orang Sales, Bisa Menjual?)

[X]
×