Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Singapura menyatakan, lingkungan geopolitik yang memungkinkan negeri merlion berkembang dalam 50 tahun terakhir telah berubah.
“Ketegangan di antara kekuatan besar meningkat,” kata Menteri Perdagangan dan Industri Chan Chun Sing, Selasa (11/8), seperti dikutip Channel News Asia.
Hanya, dia tidak menyebutkan kekuatan besar tersebut. Yang jelas, saat ini ketegangan Amerika Serikat (AS) dan China, dua ekonomi terbesar di dunia, sedang meningkat.
Tapi, dia berharap, masalah geopolitik tidak akan meluas menjadi "konflik terbuka, yang selanjutnya (membuat tidak stabil) di seluruh dunia".
Baca Juga: Ketegangan AS-China bisa terus berlanjut, Singapura cemas
"Kita harus menghindari terjebak di antara konflik negara-negara besar atau terdampar di dunia hubungan perdagangan dan standar teknologi yang terpecah-pecah," ujarnya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan, ia khawatir ketegangan AS-China akan terus berlanjut selepas Pemilihan Presiden AS tahun ini.
"Dan, saya khawatir itu akan berlanjut melewati pemilihan presiden. Dan jika itu terjadi, saya pikir itu pertanda buruk bagi dunia," ungkap Lee seperti dilansir Channel News Asia.
Lee menyebut keadaan hubungan AS-China saat ini sebagai "situasi yang tidak menguntungkan", di mana kedua negara tersebut mengambil tindakan dan tindakan balasan. Dan, masalah-masalah tersebut "menyebar dan menyebar ke semua bidang hubungan".
Baca Juga: Tekanan AS kian besar di Laut China Selatan, China dekati Singapura
Tidak akan kembali ke dunia sebelum Covid-19
Chan juga menyoroti dampak pandemi virus corona baru. "Kami tidak akan kembali ke dunia sebelum Covid-19. Kami harus memetakan arah baru sekarang," kata dia
Data menunjukkan, ekonomi Singapura mengalami kontraksi 13,2% pada kuartal kedua tahun ini, setelah di triwulan sebelumnya hanya mencatat pertumbuhan minus 0,3%.
“Angka-angka tersebut mencerminkan dampak Covid-19, serta kekuatan yang lebih dalam yang membentuk kembali ekonomi global dan posisi kami dalam rantai nilai global,” ujar Chan.
Menurut dia, banyak yang masih berharap pemulihan cepat dan kembali ke "kondisi normal lama", sebelum ada pandemi virus corona.
Baca Juga: Kasus harian turun, PM Singapura: Krisis virus corona masih jauh dari selesai
Tetapi, "Kebenaran yang menyakitkan adalah kita tidak akan kembali ke dunia pra-Covid-19, dan pemulihan itu akan memakan waktu dan sepertinya tidak akan mulus," sebut Chan.
“Kita bisa melihat gelombang infeksi dan gangguan yang berulang,” katanya.