kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45904,33   -2,31   -0.25%
  • EMAS1.396.000 0,07%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Skandal Tas Dior Ibu Negara Bikin Partai Berkuasa di Korea Selatan Kacau Balau


Kamis, 25 Januari 2024 / 07:32 WIB
Skandal Tas Dior Ibu Negara Bikin Partai Berkuasa di Korea Selatan Kacau Balau
ILUSTRASI. Skandal tas Dior Ibu Negara kini tengah mengguncang Korea Selatan. Leon Neal/Pool via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SEOUL. Rekaman kamera tersembunyi yang memperlihatkan Ibu Negara Korea Selatan menerima tas Dior sebagai hadiah telah menjerumuskan Presiden Yoon Suk Yeol dan partainya ke dalam kontroversi. Kejadian tersebut mungkin mengancam upaya mereka untuk merebut kembali mayoritas parlemen pada pemilu April 2024 mendatang.

Melansir Reuters, sejumlah anggota Partai Kekuatan Rakyat (People Power Party/PPP) yang merupakan partai konservatif Yoon telah mendesak presiden dan istrinya, Kim Keon Hee, untuk meminta maaf atas insiden yang dijuluki oleh media lokal sebagai "skandal tas Dior". 

Mereka juga mendesak, presiden dan istrinya mengakui bahwa menerima dompet itu merupakan hal yang tidak pantas dilakukan. Harapannya, permohonan maaf tersebut bisa menyelesaikan masalah ini.

Kantor Yoon mengatakan tidak memiliki informasi untuk dibagikan.

Menurut para analis, dengan memilih untuk tetap diam dan pada akhir pekan lalu skandal ini mendorong pemimpin partai untuk mengundurkan diri karena perbedaan pendapat beberapa anggota, Yoon berisiko menciptakan titik api yang pada akhirnya dapat merugikan PPP pada pemilu 10 April 2024.

Baca Juga: Korea Utara Tembak Lagi Rudal Jelajah ke Arah Lepas Pantai Barat

“Ini adalah sebuah bom politik,” kata Rhee Jong-hoon, seorang analis politik. "Risiko Kim Keon Hee akan semakin besar."

Yoon memenangkan pemilu dengan kemenangan tipis pada tahun 2022. Akan tetapi, PPP yang dipimpinnya merupakan minoritas di parlemen, yang dikendalikan oleh saingannya Partai Demokrat.

Para analis mengatakan ketika Kim, sebagai pasangan seorang pejabat pemerintah, menerima dompet tersebut, yang diprediksi seharga 3 juta won (US$ 2.250), dia mungkin telah melanggar undang-undang anti-suap.

Para pendukung presiden mengatakan Kim adalah korban dari rencana ilegal untuk menjebaknya dan kampanye kotor.

Kasus ini muncul pada bulan November ketika saluran YouTube menayangkan klip video yang direkam secara diam-diam oleh seorang pendeta keturunan Korea-Amerika dengan kamera tersembunyi saat dia mengunjungi Kim dan menyerahkan tas tangannya.

Pendeta Abraham Choi, yang telah terlibat dalam pertukaran keagamaan dengan Korea Utara dan merupakan pendukung hubungan baik dengan Pyongyang, mengatakan bahwa dia awalnya ingin bertemu dengan Kim karena keprihatinannya terhadap kebijakan garis keras Yoon terhadap Korea Utara.

Choi mengatakan meskipun Kim adalah seorang kenalan keluarga, tanggapannya terhadap diskusi mengenai kemungkinan hadiah mewah – termasuk kosmetik Chanel yang menurutnya diberikan padanya pada pertemuan pertama mereka – membuatnya percaya bahwa hadiah semacam itu adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan audiensi.

"Bisa dibilang itu seperti tiket masuk, tiket pertemuan (dengan Kim)," kata Choi kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada Selasa.

Kantor Yoon mengatakan tidak memiliki informasi untuk diberikan ketika ditanya tentang klaim Choi.

Baca Juga: Ini Hukuman yang Dijatuhkan Kim Jong Un kepada Remaja yang Ketahuan Nonton Drakor




TERBARU

[X]
×