Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah Brent berpeluang turun ke sekitar US$ 55 per barel pada akhir tahun ini, menurut proyeksi S&P Global.
Hal itu disampaikan Co-President S&P Global Commodity Insights, Dave Ernsberger, dalam konferensi Asia Pacific Petroleum Conference, Senin (8/9).
Saat ini, harga kontrak berjangka minyak Brent tercatat naik tipis 0,5% menjadi US$ 65,84 per barel pada Senin.
Kenaikan tersebut terjadi setelah OPEC+ sepakat untuk menambah produksi mulai Oktober, namun dengan laju yang lebih lambat dibanding bulan-bulan sebelumnya, seiring ekspektasi permintaan global yang melemah.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Setelah OPEC+ Setujui Kenaikan Produksi Lebih Lambat Mulai Oktober
“Kami masih melihat harga akan bergerak turun mendekati US$ 55 per barel seiring OPEC melanjutkan pelepasan produksi ke pasar,” ujar Ernsberger.
Ia menambahkan, harga bisa jatuh lebih rendah jika terjadi surplus besar, pasokan minyak Rusia terus mengalir ke pasar, pembangunan stok berhenti, dan sebagian suplai masuk ke inventori komersial.
Kondisi itu dapat memicu terbentuknya contango, yakni situasi ketika harga kontrak jangka pendek lebih rendah dibanding kontrak jangka panjang, yang menandakan pasokan cukup berlimpah.
Baca Juga: OPEC+ Diperkirakan Kembali Kerek Produksi Minyak Mulai Oktober 2025
Sebagai catatan, harga *dated Brent* menjadi acuan bagi lebih dari 60% perdagangan minyak mentah global dan menjadi dasar bagi kontrak berjangka minyak.