Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pentagon melalui U.S. Space Force resmi mengeluarkan sekitar setengah lusin kontrak awal untuk pengembangan prototipe sistem pertahanan rudal Golden Dome.
Langkah ini menjadi pemicu persaingan antarperusahaan teknologi pertahanan untuk memperebutkan kontrak bernilai puluhan miliar dolar di tahap akhir, menurut dua sumber yang mengetahui proses tersebut.
Baca Juga: Taiwan Kerek Anggaran Militer US$40 Miliar, Tantang Tekanan Beijing
Melansir Reuters Rabu (26/11/2025), beberapa perusahaan yang memenangkan kontrak termasuk Northrop Grumman, True Anomaly, Lockheed Martin, dan Anduril.
Kontrak-kontrak ini menjadi tonggak penting dalam upaya Pentagon membangun kemampuan untuk melacak dan menghancurkan rudal musuh, termasuk pengembangan prototipe interceptor berbasis luar angkasa dan sistem terkait lainnya.
Kontrak Tidak Diungkapkan secara Publik
Reuters belum dapat memastikan nilai masing-masing kontrak, namun dokumen presentasi Pentagon pada Juli yang dilihat Reuters menunjukkan bahwa kontrak untuk prototipe interceptor bernilai sekitar US$120.000 per perusahaan.
Space Force mengonfirmasi adanya pemberian kontrak tersebut, tetapi tidak mengungkapkan nama para pemenang karena kontrak di bawah US$9 juta tidak wajib dipublikasikan.
Baca Juga: Zelenskiy: Ukraina Siap Majukan Rencana Damai, Akan Bahas Poin Sensitif dengan Trump
Kontraktor yang terpilih pada tahap awal ini akan bersaing memperebutkan kontrak produksi final yang diperkirakan mencapai puluhan miliar dolar.
Kontrak tersebut mencakup pengembangan prototipe interceptor fase awal rudal yang akan menghancurkan ancaman ketika memasuki ruang angkasa serta pembangunan stasiun kendali untuk mengoordinasikan sinyal satelit dan membantu interceptor menemukan target.
Nilai Kontrak Awal dan Struktur Kompetisi
Menurut sumber, Northrop Grumman dan Anduril masing-masing menerima kontrak bernilai US$10 juta, sesuai angka yang tercantum dalam presentasi Juli.
Pemerintah meminta perusahaan untuk mengembangkan empat jenis interceptor yang dirancang untuk menghadapi ancaman pada ketinggian dan kecepatan berbeda.
Baca Juga: Gelombang PHK Mengguncang Singapura: 20.000 Pekerja Tumbang
Namun, salah satu sumber mengatakan empat kategori tersebut berpotensi disatukan menjadi tiga kelompok kompetisi.
Untuk mendorong inovasi cepat, pemerintah menciptakan skema kompetisi berbasis “prize pools”.
Hadiah terbesar senilai US$340 juta akan dibagi berdasarkan keberhasilan uji coba di orbit, dengan pemenang pertama memperoleh US$125 juta, sementara posisi kelima mendapat US$40 juta.
Hadiah final yang diperebutkan industri sangat besar: kontrak produksi bernilai US$1,8 miliar hingga US$3,4 miliar per tahun.
Namun, biaya pengembangan sangat tinggi. Para eksekutif industri memperkirakan diperlukan US$200 juta hingga US$2 miliar untuk membangun dan menguji satu prototipe interceptor berbasis ruang angkasa.
Baca Juga: Menkeu AS Kritik Sistem Kontrol Suku Bunga The Fed: “Terlalu Rumit!”
Pendekatan Baru Pertahanan Rudal
Program interceptor berbasis ruang angkasa ini menandai pendekatan baru dalam sistem pertahanan rudal AS.
Dengan menempatkan senjata di orbit, ancaman dapat dihancurkan lebih awal dalam lintasan terbangnya, jauh sebelum mencapai daratan sesuatu yang tidak memungkinkan dengan sistem pertahanan berbasis darat saat ini.













