kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.753   42,00   0,27%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Tak Hanya Kerek Saham dan Komoditas, Pembukaan China Bisa Selamatkan Ekonomi Global


Selasa, 17 Januari 2023 / 17:33 WIB
Tak Hanya Kerek Saham dan Komoditas, Pembukaan China Bisa Selamatkan Ekonomi Global
ILUSTRASI. Kebijakan pemerintah China untuk kembali membuka batas negara telah menghangatkan pasar modal dan komoditas. REUTERS/Aly Song


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kebijakan pemerintah China untuk kembali membuka batas negara telah menghangatkan pasar modal dan komoditas. Pengamat melihat ini dapat membantu meredakan kekhawatiran akan penurunan global karena bank sentral lainnya terus memperketat kebijakan. 

Namun demikian, kalangan skeptis memperingatkan bahwa Federal Reserve yang hawkish masih akan menjadi sentimen dominan untuk pasar keuangan dan ekonomi dunia, mengutip Bloomberg pada Selasa (17/1). Ekuitas China bisa tumbuh naik 20% tahun ini. 

Para ahli keuangan dan strategi kekayaan melihat juga melihat saham di pasar negara berkembang dan mata uang Asia terpilih juga kemungkinan akan diuntungkan.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi China di 2022 Jadi Salah Satu yang Terburuk dalam Setengah Abad

Terlebih, saat pandemi, masyarakat China memiliki kelebihan simpanan sebesar US$ 836 miliar. Bila masyarakat melakukan konsumsi, maka perputaran ekonomi akan bisa terjadi kembali setelah tersendat karena Covid-19. 

“Kami berada dalam fase awal pemulihan dalam hal harga aset. Pemulihan atau normalisasi ekonomi China akan berdampak positif bagi pertumbuhan margin untuk aset global,” ujar Paras Anand, kepala investasi di Artemis Investment Management LLP yang berbasis di London.

Saham China bisa mengalahkan rekan global mereka pada tahun 2023. Morgan Stanley dan Goldman Sachs Group memperkirakan MSCI China Index akan naik sekitar 10% tahun ini. Sementara Citi Global Wealth Investments melihat kenaikan lebih tinggi hingga 20%.

“Kali ini pemulihan akan didorong oleh layanan dan konsumsi daripada investasi, yang membantu ekuitas lokal lebih dari ekonomi lain, kata George Efstathopoulos dari Fidelity International.

Namun yang lain melihat ekuitas Asia memperpanjang kenaikan, bahkan setelah patokan memasuki pasar bullish. Eksportir seperti Korea Selatan dan Taiwan akan diuntungkan, serta ekonomi Asia Tenggara yang mengandalkan turis China, terutama Thailand. 

BNP Paribas SA memperkirakan Indeks MSCI Emerging Markets akan naik ke 1.110 hingga akhir tahun. Deutsche Bank Melihat Saham Asia Naik 20% di 2023.

Sedangkan minyak mentah Brent bisa rata-rata lebih dari US$ 100 per barel tahun ini karena China, importir minyak terbesar dunia, membongkar pembatasan Covid, menurut analis ING Groep. 

Demikian pula untuk memenuhi kebutuhan China akan tembaga, Goldman Sachs memperkirakan harga komoditas ini bisa  mencapai US$10.000 per ton sebelum akhir Desember.

Baca Juga: Investasi Properti China Turun untuk Pertama Kalinya Sejak 1999

“Pembukaan kembali akan membuat investor berpikir dua kali tentang shorting minyak meskipun latar belakang permintaan di Barat,” kata Louis Luo, direktur investasi di tim multi-aset abrdn plc.

Bijih besi juga siap untuk diuntungkan meskipun keuntungan mungkin tertahan oleh tindakan keras China terhadap lonjakan harga. David Chao, ahli strategi pasar global untuk Asia Pasifik di luar Jepang di Invesco Hong Kong Ltd menyebut baja dan besi telah menguat sejak titik terendah yang dicapai pada bulan Oktober lalu. 

Pengiriman komoditas dari Indonesia, Thailand, dan Vietnam juga masuk radar setelah Asia Tenggara menggantikan Uni Eropa sebagai mitra dagang utama China pada tahun 2020, menurut HSBC Holdings Plc.

Yuan onshore telah naik sekitar 7% sejak China mulai menghentikan pembatasan virus pada November. UBS Global Wealth Management memperkirakan, yuan bisa naik menjadi 6,50 per dolar tahun ini dari sekitar 6,72 per dolar sekarang karena pertumbuhan ekonomi naik di atas tren memasuki paruh kedua.

“Kami pikir ini adalah titik balik yang nyata bagi ekonomi Tiongkok, aset dasarnya, dan alam semesta pasar berkembang yang lebih luas,” tulis Alan Wilson, manajer uang di Eurizon SLJ Capital.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×