CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.348.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.733   -24,00   -0,14%
  • IDX 8.398   -22,01   -0,26%
  • KOMPAS100 1.160   -4,14   -0,36%
  • LQ45 845   -3,41   -0,40%
  • ISSI 293   -0,93   -0,32%
  • IDX30 440   -2,34   -0,53%
  • IDXHIDIV20 511   -3,43   -0,67%
  • IDX80 130   -0,46   -0,35%
  • IDXV30 135   -0,49   -0,36%
  • IDXQ30 141   -1,11   -0,78%

Tarif 50% AS Tak Goyahkan India, Ini yang Jadi Senjata Rahasia New Delhi


Jumat, 21 November 2025 / 08:23 WIB
Tarif 50% AS Tak Goyahkan India, Ini yang Jadi Senjata Rahasia New Delhi
ILUSTRASI. Ekonomi domestik India yang tetap kuat memberi New Delhi ruang lebih besar untuk bernegosiasi dengan Amerika. REUTERS/Dado Ruvic


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Ekonomi domestik India yang tetap kuat dan dampak penurunan ekspor yang lebih kecil dari perkiraan memberi New Delhi ruang lebih besar untuk bernegosiasi dalam perjanjian dagang dengan Amerika Serikat, yang saat ini menerapkan tarif impor hingga 50% terhadap produk India, menurut sumber pemerintah dan analis.

Reuters melaporkan, ekspor India ke AS turun 8,6% secara tahunan menjadi US$ 6,3 miliar pada Oktober — bulan kedua sejak tarif 50% diberlakukan. Penurunan ini lebih kecil dibanding September yang turun 12%.

Negosiasi antara India dan AS berjalan lambat, bahkan ketika negara Asia lain seperti Jepang dan Korea Selatan sudah lebih dulu mencapai kesepakatan tarif. Pejabat India tetap menyatakan bahwa mereka tidak akan tergesa-gesa menandatangani kesepakatan.

“Untuk saat ini, kami berhasil menghindari dampak terburuk dari tarif 50% AS,” kata seorang pejabat senior pemerintah yang mengetahui langsung jalannya pembicaraan, dengan syarat anonimitas karena tidak berwenang berbicara ke media.

Meskipun beberapa sektor seperti tekstil melaporkan penurunan pesanan dari AS, dampak ekonomi secara keseluruhan masih terbatas, kata pejabat itu. Kondisi ini memberi ruang bagi tim negosiasi untuk menunggu kesepakatan terbaik.

“Kalau diperlukan, kami siap menunggu,” tambahnya.

Baca Juga: Pejabat The Fed Paulson: Keputusan Suku Bunga Desember Perlu Ekstra Hati-Hati

Sumber yang terlibat dalam negosiasi menyebutkan bahwa mereka berharap Washington akan mencabut tarif 25% yang terkait pembelian minyak Rusia, dan pada akhirnya menurunkan tarif keseluruhan menjadi 15%. Sebagai imbalannya, India siap memangkas tarif impor untuk lebih dari 80% produk, kecuali sektor sensitif seperti pertanian.

Kementerian Perdagangan India belum memberikan komentar. Pejabat AS juga belum merespons, meski Presiden Donald Trump mengatakan pekan lalu bahwa kedua negara hampir mencapai kesepakatan untuk memperluas hubungan ekonomi dan keamanan.

Pemerintah India juga membantu eksportir mencari pasar alternatif melalui perjanjian dagang baru dengan Inggris, Uni Emirat Arab, dan Australia, pemotongan pajak bahan baku, serta paket bantuan ekspor senilai US$ 5,1 miliar.

Sejumlah eksportir mengatakan mereka dapat menahan penurunan ekspor ke AS dengan memperluas pasar ke Afrika dan Eropa serta mempertahankan pelanggan AS melalui diskon dan tenggat pengiriman yang lebih panjang.

Produsen pakaian dan alas kaki menyerap biaya hingga 20% demi menjaga pesanan dari AS, kata Ajay Sahai, Direktur Jenderal Federasi Organisasi Ekspor India.

Pemerintah dan bank sentral memberikan dukungan terbatas seperti penundaan pembayaran pinjaman jangka pendek, namun tidak mengambil langkah stimulus fiskal besar.

Baca Juga: Dolar Menguat di Akhir Pekan Seiring Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed Memudar

Pemotongan pajak ratusan produk sejak September juga meningkatkan permintaan domestik dan membantu eksportir tetap kompetitif. Pajak yang lebih rendah untuk bahan baku seperti serat sintetis juga membantu industri tekstil, kata N. Thirukkumaran, Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir Tirupur.

Menurutnya, eksportir kini memberikan diskon 10–20% tergantung model dan jumlah pengiriman.

Ekonomi India tumbuh 7% secara tahunan pada kuartal Juli–September dan diperkirakan tumbuh 6,8% sepanjang tahun fiskal, menurut bank sentral.

Persaingan Dengan China Makin Ketat

Namun, para eksportir memperingatkan bahwa kelebihan kapasitas produksi di China menciptakan tekanan besar, karena produk China yang lebih murah membanjiri banyak pasar yang sama dengan target pasar India.

“Perusahaan China sudah sangat mengakar, dan kondisi domestik mereka membuat mereka jauh lebih kompetitif,” kata Rahul Tikoo, CEO Optime, produsen kimia khusus berbasis di Mumbai.

Ekspor barang India ke pasar selain AS turun 12,5% pada Oktober — lebih tajam dibanding penurunan ekspor ke AS — terutama pada kategori mesin, minyak, dan perhiasan.

"Ini bisa menjadi indikasi meningkatnya kompetisi di pasar non-AS karena negara-negara kini mengalihkan ekspor setelah tarif diberlakukan,” kata Pranjul Bhandari, Kepala Ekonom HSBC India.

Tonton: AS Desak G7 dan Uni Eropa Kenakan Tarif Bagi China dan India karena Beli Minyak Rusia

Kesimpulan

India tidak terburu-buru menandatangani kesepakatan dagang dengan AS karena ekonominya masih cukup kuat untuk menahan tekanan tarif tinggi, sementara dampak penurunan ekspor masih terkendali. Strategi diversifikasi pasar, pemotongan pajak, dan dukungan pemerintah membantu eksportir tetap bertahan. Namun, persaingan dengan China dan tekanan ekspor di pasar selain AS menunjukkan bahwa ruang negosiasi India mungkin tidak akan bertahan selamanya.

Selanjutnya: Timbang-Timbang Kenaikan Gaji ASN Tahun Depan

Menarik Dibaca: IHSG Lanjut Menguat, Cek Rekomendasi Saham MNC Sekuritas Jumat (21/11)




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×