Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Presiden Federal Reserve Philadelphia Anna Paulson mengatakan pada Kamis (20/11/2025) bahwa ia akan menyikapi pertemuan kebijakan The Fed berikutnya dengan “hati-hati,” meskipun ia mendukung dua pemangkasan suku bunga terakhir.
Menurutnya, ancaman inflasi yang tetap tinggi harus ditimbang dengan risiko peningkatan pengangguran.
“Secara keseluruhan, saya masih sedikit lebih khawatir mengenai pasar tenaga kerja dibanding inflasi, tetapi saya berharap akan mempelajari banyak hal antara sekarang hingga pertemuan berikutnya,” kata Paulson dalam pidato yang disiapkan untuk konferensi bank Federal Reserve Philadelphia di Conshohocken, Pennsylvania.
Baca Juga: Dolar Menguat di Akhir Pekan Seiring Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed Memudar
Setiap pemangkasan suku bunga, katanya, “menaikkan ambang untuk pemangkasan berikutnya… karena setiap pemangkasan membawa kita lebih dekat dari kondisi kebijakan yang menahan aktivitas ke kondisi yang justru mendorong aktivitas ekonomi.”
Paulson menegaskan, “Itulah sebabnya saya menyikapi FOMC Desember dengan hati-hati.”
Paulson tidak memiliki hak suara pada pertemuan tersebut, yang diperkirakan akan berlangsung panas karena beberapa anggota sudah memberi sinyal kemungkinan menentang pemangkasan suku bunga, sementara yang lain berpotensi menentang jika suku bunga tidak dipangkas.
Paulson baru akan menjadi salah satu dari 12 pemilik hak suara FOMC tahun depan.
Baca Juga: Ekspor Jepang Naik 3,6% di Oktober 2025, Seiring Meredanya Penurunan Penjualan di AS
Ia mengatakan, ekonomi AS saat ini berada dalam kondisi “baik-baik saja,” namun rumah tangga berpendapatan rendah dan menengah masih menghadapi tekanan, sementara konsumen berpendapatan tinggi tetap membelanjakan uang mereka.
Kondisi ini membuat perekonomian semakin bergantung pada permintaan dari kelompok berpendapatan tertinggi—basis yang relatif sempit dan “dapat membuat prospek pertumbuhan lebih sensitif terhadap valuasi ekuitas.”
Laporan pekerjaan September yang dirilis lebih awal pada Kamis setelah penundaan panjang dinilai “menggembirakan,” katanya.
Meski tingkat pengangguran naik menjadi 4,4%, perlambatan pertumbuhan lapangan kerja sebagian besar sejalan dengan melambatnya pasokan tenaga kerja, sehingga pasar tenaga kerja masih relatif seimbang.
Namun demikian, ia menekankan bahwa sebagian besar pertumbuhan pekerjaan hingga September terkonsentrasi pada sektor kesehatan dan bantuan sosial, sering kali menjadi indikator awal perlambatan ekonomi.
Baca Juga: Deal Damai Baru Bocor: Ukraina Dipaksa Menyerah Wilayah ke Rusia?
Terkait inflasi, Paulson mengatakan skenario dasarnya adalah tarif tidak akan menyebabkan inflasi berkelanjutan. Permintaan yang melemah turut menahan tekanan harga. Meski begitu, inflasi diperkirakan akan mencatatkan lima tahun berturut-turut berada di atas target 2%.
“Dengan risiko kenaikan inflasi dan risiko penurunan lapangan kerja, kebijakan moneter harus berjalan di garis yang sangat tipis,” kata Paulson.
“Dalam melihat kebijakan moneter ke depan, saya akan fokus menyeimbangkan risiko inflasi dan pasar tenaga kerja dengan tepat, berdasarkan komitmen saya untuk memenuhi mandat stabilitas harga FOMC dan mengembalikan inflasi sepenuhnya ke 2%.”













