Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Aktivitas manufaktur Korea Selatan kembali mengalami kontraksi pada Oktober 2025 setelah sempat tumbuh tipis pada bulan sebelumnya.
Pelemahan ini terjadi di tengah sikap hati-hati pelaku usaha terhadap prospek ekonomi global yang masih dibayangi kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).
Menurut laporan S&P Global, indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) manufaktur Korea Selatan turun menjadi 49,4 pada Oktober, dari posisi 50,7 pada September. Angka di bawah 50 menandakan kontraksi aktivitas sektor manufaktur.
Baca Juga: Aquilius Himpun Dana US$ 1,1 Miliar untuk Dana Sekunder Properti Terbesar di Asia
Dengan hasil tersebut, kondisi manufaktur Korea Selatan tercatat melemah dalam delapan dari sembilan bulan terakhir.
Perusahaan-perusahaan di Korea Selatan melaporkan penurunan baik dalam produksi maupun pesanan baru, yang disebabkan oleh perlambatan permintaan domestik serta dampak kebijakan tarif AS terhadap ekspor.
“Sinyal positif yang terlihat pada akhir kuartal ketiga praktis menguap pada Oktober,” ujar Usamah Bhatti, ekonom di S&P Global Market Intelligence, Senin (3/11/2025).
“Tarif AS semakin menekan sektor manufaktur, dengan pesanan ekspor baru kembali turun, terutama dari pasar AS,” lanjutnya.
Pelemahan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung sepakat membatasi tarif AS untuk mobil dan suku cadang otomotif Korea pada level 15%, dalam kesepakatan dagang yang diumumkan Rabu (29/10) lalu.
Baca Juga: Presiden Korsel Minta Bantuan Xi Jinping Hidupkan Kembali Dialog dengan Korea Utara
Indeks pesanan baru merosot ke 47,6 dari 50,2 pada bulan sebelumnya, sementara indeks produksi turun ke 49,5 dari 51,5.
Pabrikan Korea Selatan juga melaporkan kenaikan tajam biaya bahan baku pada awal kuartal IV-2025, meski sebagian beban tersebut berhasil dialihkan ke konsumen melalui penyesuaian harga jual.













