Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Thermoplan, produsen mesin kopi asal Weggis, Swiss, awalnya hanyalah perusahaan keluarga kecil.
Namun, berkat gelombang globalisasi pada akhir 1990-an, perusahaan ini berhasil menembus pasar internasional dan menjadi pemasok utama bagi Starbucks (SBUX.O).
Keberhasilan tersebut menciptakan lebih dari 500 lapangan kerja di desa kecil tepi Danau Lucerne, Swiss.
Kini, masa depan ratusan pekerjaan itu terancam setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 7 Agustus memberlakukan tarif 39% terhadap Swiss karena surplus perdagangan negara tersebut dengan AS.
Dampak Tarif: “Kami Sedang Berdarah”
CEO Thermoplan, Adrian Steiner, menghitung bahwa tarif 39% ditambah bea masuk atas logam industri membuat perusahaannya kehilangan sekitar 200.000 franc Swiss (±US$250.000) per minggu.
Baca Juga: Trump: India Selama Ini Untung Besar dari Perdagangan dengan AS
“Kami sedang berdarah. Ini jelas bisnis yang merugi bagi kami. Kami tidak punya margin sebesar itu untuk menutupinya,” ujarnya.
Thermoplan sudah mulai menyusun langkah mitigasi, termasuk membuka produksi di Jerman agar bisa mengekspor di bawah tarif Uni Eropa yang lebih rendah, hingga mempertimbangkan memindahkan sebagian produksi langsung ke AS.
Peran Starbucks dan Klien Global Lainnya
Starbucks menyatakan memiliki pengalaman panjang dalam menghadapi perubahan global, dan kini bekerja sama dengan pemasok untuk meminimalkan dampak kebijakan perdagangan AS.
Bahkan sejak April, ketika Trump pertama kali mengumumkan rencana tarif, Thermoplan dan Starbucks sepakat berbagi beban biaya tambahan.
Selain Starbucks, klien Thermoplan mencakup McDonald’s dan Nestlé. Perusahaan ini adalah salah satu dari sekitar 2.000 produsen mesin asal Swiss yang berhasil menembus pasar global meskipun menghadapi biaya tenaga kerja tinggi dan apresiasi franc Swiss.
Baca Juga: Kunjungan Wisatawan Asing ke AS Terus Turun di Bawah Pemerintahan Trump
Data resmi menunjukkan, sekitar 1 dari setiap 7 dolar pendapatan ekspor mesin Swiss bergantung pada AS.
Ancaman Lebih Luas bagi Industri Swiss
Menurut Swissmem, asosiasi industri teknik Swiss, jika tarif AS tetap di 39% dan tarif Uni Eropa di 15%, maka sekitar 80% ekspor Swiss ke AS di sektor teknik dan mesin — senilai hampir 10 miliar franc per tahun — bisa lenyap.
Deputi kepala Swissmem, Jean-Philippe Kohl, mengungkapkan bahwa survei internal menunjukkan hampir sepertiga perusahaan mempertimbangkan relokasi ke Uni Eropa.
Sinyal kehilangan pekerjaan pun sudah terlihat. Antara kuartal pertama dan kedua tahun ini, 3.000 pekerjaan hilang di sektor tersebut. Jika tren berlanjut, jumlahnya bisa mencapai 30.000 pada akhir 2026.
Dilema “Made in Switzerland”
Meski mempertimbangkan relokasi, Steiner menegaskan bahwa label “Made in Switzerland” adalah identitas kualitas yang melekat pada Thermoplan.
Saat ini, 82% komponen mesin dibuat di Swiss, dan 98% produknya diekspor. Starbucks sendiri menyumbang 32% penjualan Thermoplan, dengan sekitar dua perlima berasal dari pasar AS.
Baca Juga: Xi Kesampingkan Trump, Gelar Pertemuan dengan Putin dan Kim di Beijing
Namun, jika produksi di Jerman gagal diakui sebagai “buatan Uni Eropa” oleh otoritas bea cukai AS, maka langkah itu tidak akan banyak membantu.
Alternatif lain adalah membuka fasilitas di AS, tapi Steiner ragu Thermoplan memiliki kapasitas untuk memindahkan rantai pasokan dan mendapatkan tenaga kerja terampil di sana.
“Karena sejujurnya, saya paham maksud sebenarnya adalah kami harus pindah ke Amerika. Tujuan Trump jelas,” kata Steiner.
Kekhawatiran Efek Domino Global
Lebih dari sekadar bisnis, Steiner menyuarakan kekhawatiran geopolitik yang lebih luas.
“Kalau Trump berhasil dengan politik kekuasaannya, ada bahaya besar negara lain akan meniru. Lalu kita akan lihat China First. India First. Russia First,” ujarnya.