kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.090.000   -8.000   -0,38%
  • USD/IDR 16.630   72,00   0,43%
  • IDX 8.051   42,68   0,53%
  • KOMPAS100 1.123   6,98   0,62%
  • LQ45 810   0,68   0,08%
  • ISSI 279   2,38   0,86%
  • IDX30 423   1,81   0,43%
  • IDXHIDIV20 485   2,83   0,59%
  • IDX80 123   0,38   0,31%
  • IDXV30 132   0,38   0,29%
  • IDXQ30 135   0,57   0,43%

Tatanan Global Berubah, Perusahaan Global Tidak Lagi Relevan


Jumat, 19 September 2025 / 15:41 WIB
Diperbarui Jumat, 19 September 2025 / 17:04 WIB
Tatanan Global Berubah, Perusahaan Global Tidak Lagi Relevan
ILUSTRASI. Direktur East Asian Institute Alfred Schipke berbicara di FutureChina Global Forum (FCGF) 2025 di Marina Sands Expo & Convention Center, Singapura, Jumat (19/9/2025).


Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Tatanan ekonomi dan perdagangan global tengah berubah. Kondisi ini terangkum dalam FutureChina Global Forum 2025 yang digelar di Marina Sands Expo & Convention Center, Singapura.

Pendiri dan Executive Chairman Avanda Investment Management Ng Kok Song menyatakan, program Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat Amerika kembali jaya, alias Make America Great Again, mengubah tatanan ekonomi dunia.

Langkah Presiden AS, melalui penerapan tarif resiprokal dan kebijakan lainnya, membangkitkan era exceptionalism. Kondisi ini berbeda dengan situasi di tahun 1980-an hingga 1990-an, di mana AS masih menggaungkan perdagangan bebas.

Kondisi ini otomatis mempengaruhi ekonomi global dan sistem perdagangan global. Salah satu akibatnya, menurut Direktur East Asian Institute Alfred Schipke, saat ini istilah perusahaan global sudah tidak lagi relevan.

Baca Juga: Tatanan Dunia Bergeser, Negara Paling dan Paling Tidak Damai Terungkap

Schipke menjelaskan, perusahaan global adalah perusahaan yang melakukan pengelolaan secara global dengan efisien. Perusahaan tersebut mengelola mata rantai produksi hingga pemasaran secara global. “Tapi sekarang tidak seperti itu lagi,” kata Schipke di Singapura, Jumat (19/9/2025).

Yang terjadi saat ini, banyak perusahaan, khususnya di industri manufaktur, lebih menjalankan bisnis yang bersifat lokal. Ini misalnya dialami perusahaan otomotif.

Banyak perusahaan otomotif global yang akhirnya membangun pabrik di China untuk memproduksi produk yang juga dijual di China. Bahan bakunya pun mengambil dari China.

Perusahaan tersebut akhirnya juga bersaing dengan perusahaan otomotif lokal di China. “Kita tidak akan lagi kembali ke masa di mana perusahaan global menguasai mata rantai secara global,” tutur Schipke.

Baca Juga: Indonesia Bersiap! Sri Mulyani Akui Ketidakpastian Global Saat Ini Bersifat Permanen

Di sisi lain, kondisi seperti ini jadi menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan lokal yang berada di wilayah dengan sumber daya yang kaya. Salah satunya China.

Selain itu, bisnis kecil dan menengah juga berpeluang mendapat sentimen positif dari kondisi ini. “Karena mereka bisa bergerak dengan cepat,” jelas Schipke.

Selanjutnya: Usai Paparan Kinerja, Bagaimana Arah Pergerakan Saham Bank Mandiri (BMRI)?

Menarik Dibaca: Promo Guardian 18 September-1 Oktober 2025, Tambah Rp 1.000 Dapat 2 Curcuma Plus




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×