Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sejak dimulainya perang, Putin telah mengirimkan serangkaian sinyal tajam ke Barat, termasuk dengan mengubah posisi Rusia pada perjanjian nuklir utama dan mengumumkan pengerahan rudal nuklir taktis ke negara tetangga Belarus.
Ukraina menuduhnya melakukan pemerasan nuklir. NATO mengatakan tidak akan terintimidasi oleh ancaman Rusia.
Bulan lalu pemimpin Kremlin menyetujui perubahan pada doktrin nuklir resmi, memperluas daftar skenario di mana Moskow akan mempertimbangkan penggunaan senjata semacam itu.
Berdasarkan perubahan tersebut, Rusia akan menganggap setiap serangan terhadapnya yang didukung oleh kekuatan nuklir sebagai serangan bersama - sebuah peringatan kepada Amerika Serikat untuk tidak membantu Ukraina menyerang jauh ke Rusia dengan senjata konvensional.
Putin mengatakan bahwa Rusia tidak perlu menggunakan senjata nuklir untuk mencapai kemenangan di Ukraina.
Rusia adalah kekuatan nuklir terbesar di dunia. Bersama-sama, Rusia dan AS mengendalikan 88% hulu ledak nuklir dunia.
Tonton: Rusia Kerahkan Tentara Bayaran Korea Utara ke Garis Depan Ukraina Pakai Truk Sipil
Pejabat AS mengatakan mereka tidak melihat adanya perubahan pada posisi penempatan nuklir Rusia selama perang.
Namun, Amerika Serikat pada tahun 2022 sangat khawatir tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir taktis oleh Rusia sehingga memperingatkan Putin tentang konsekuensi penggunaan senjata tersebut, menurut Direktur Badan Intelijen Pusat Bill Burns.