kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Teheran marah besar atas pembunuhan ilmuwan nuklir, AS-Iran di ambang perang?


Selasa, 01 Desember 2020 / 07:34 WIB
Teheran marah besar atas pembunuhan ilmuwan nuklir, AS-Iran di ambang perang?
ILUSTRASI. Kecemasan pecahnya Perang Dunia III semakin meningkat setelah Teheran marah besar atas pembunuhan ilmuwan nuklir. REUTERS/ Patrick T. Fallon


Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Kecemasan akan pecahnya Perang Dunia III semakin meningkat setelah Teheran marah besar atas pembunuhan seorang ilmuwan nuklir Iran.

Melansir Express.co.uk, pakar politik Iran Ali Arouzi memperingatkan, Teheran dipastikan ingin membalas dan mengirim pesan ke AS dan Israel setelah kematian Mohsen Fakhrizadeh. Fakhrizadeh merupakan ilmuwan terkemuka dan tokoh penting dalam infrastruktur dan program nuklir negara itu. 

Dijelaskan, Fakhrizadeh meninggal dunia karena luka-luka setelah serangan bom dan senjata di mobilnya di kota Absard pada hari Jumat lalu.

Arouzi menilai, Iran ingin membalas dendam dengan cara yang sama seperti ketika AS membunuh Qasem Soleimani.

Baca Juga: Media Iran sebut ilmuwan nuklir top negaranya dibunuh dengan senjata buatan Israel

"Para pemimpin Iran harus membuat beberapa keputusan sulit. Mereka ingin membalas secara langsung, seperti yang mereka lakukan dengan Qasem Soleimani daripada menggunakan proxy mereka di wilayah tersebut," jelas Arouzi seperti dikutip Express.co.uk.

Dia menambahkan, "Aksi balasan itu ditujukan untuk mengirim pesan ke AS dan Israel, serta sebagai aksi untuk menyelamatkan muka mereka."

Arouzi juga menjelaskan konsekuensi dari serangan Iran yang terlalu cepat setelah pembunuhan tersebut.

Baca Juga: Serangan roket ISIS menyebabkan kebakaran kilang minyak di Irak utara

"Jika Iran benar-benar menyerang sebelum Joe Biden menjabat, mereka tidak hanya berisiko menghentikan kesepakatan nuklir sama sekali, yang sangat mereka inginkan untuk kembali ke jalurnya. Akan tetapi, hal itu juga bisa memicu pembalasan besar-besaran di akhir masa kepresidenan Donald Trump," paparnya.

Arouzi juga mengatakan, ada beberapa skenario yang diungkapkan oleh beberapa pejabat senior Iran. "Para pejabat mengatakan, aksi ini sengaja dimanipulasi oleh Washington dan Tel-Aviv untuk mendorong Iran ke dalam semacam konflik dengan implikasi regional yang luas," jelasnya.

Saat berbicara di MSNBC, Arouzi juga merinci peristiwa pembunuhan tersebut.

"Rupanya Fakhrizadeh sedang dalam liburan keluarga di Iran utara saat dia dalam perjalanan kembali ke Teheran. Laporan yang masuk mengatakan bahwa ada sebuah truk di depannya yang meledak dan kemudian orang-orang bersenjata turun ke mobilnya dan menembaknya. Anggota keluarganya, kami tidak memiliki rincian berapa banyak, juga terluka," jelas Arouzi.

Baca Juga: Tegang, Moskow ancam membalas setelah pasukan AS terobos perairan Rusia

"Fakhrizadeh kemudian diterbangkan ke rumah sakit, kami percaya pada Teheran tetapi dia meninggal karena luka-lukanya di sana. Saya dapat memberitahu Anda bahwa pejabat di sini sudah siap dan mereka sudah mengetahui pihak yang bertanggung jawab. Menteri Luar Negeri Iran Javid Zarif mengatakan bahwa semua ini menunjukkan ciri-ciri khas operasi Israel," urainya.

Selanjutnya: Timur Tengah memanas, Iran tuduh Israel membunuh ilmuwan nuklir mereka




TERBARU

[X]
×