Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BERLIN. Pada Selasa (18/3) lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani pakta untuk menjadikan Crimea sebagai bagian dari Rusia. Hampir bersamaan dengan itu, sebuah wilayah di mana tak banyak orang yang tahu di kawasan Moldova, juga mengajukan diri untuk bergabung dengan Rusia.
Loyalis Rusia di kawasan Trans-Dniester yang berbagi perbatasan dengan Ukraina ini, telah mengajukan permohonan kepada perlemen di Rusia untuk menuliskan hukum baru yang memperbolehkan mereka bergabung ke negara tersebut.
Asal tahu saja, wilayah Trans-Dniester memisahkan diri dari Moldova sekitar tahun 1990 dan gagal memproklamirkan kemerdekaannya di tahun 2006. Pada tahun itu, Trans-Dniester menggelar referendum namun tidak diakui secara internasional.
Kawasan ini memang tidak mau berpisah dari Uni Soviet pada saat runtuh.
Menurut Otilia Dhand, vice president at advisory and intelligence firm Teneo Intelligence, Trans-Dniester sudah mengajukan permohonan untuk bergabung ke Rusia selama dua dekade. Sehingga sekarang merupakan momen yang tepat untuk mengajukannya lagi.
Namun, menurut Dhand, hingga sekarang Kremlin tidak terlalu tertarik untuk menarik wilayah ini karena tak banyak menawarkan keuntungan baik secara geografis maupun ekonomi.
"Ada sekitar 550.000 penduduk Trans-Dniester yang memiliki dualisme kewarganegaraan. Sekitar 15.000 penduduk memiliki dua kewarganegaraan dengan Rusia. Sisanya ada yang Ukraina atau Rumania," jelas Dhand.